Tribratanews.tribratanews.com - Jatim. Dalam melestarikan kesenian Reog dan berbagai ilmu kepada orang lain, seorang anggota Satlantas Polres Ponorogo, Briptu Luhur Ainul Fikri, mengajari anak-anak Difabel untuk belajar mengenal gamelan Reog.
Dalam kesibukannya sebagai anggota Polri, ia masih menyempatkan waktunya, seminggu sekali datang ke Panti Asuhan Tunanetra Aisyiyah, Ponorogo, guna mengajari anak-anak berkebutuhan khusus ini.
“Saya cuma ingin berbagi ilmu kepada mereka. Latar belakang saya memang seorang seniman Reog Ponorogo,” ujarnya, dilansir dari NTMCPolri, Minggu (26/11/23).
Selanjutnya ia menambahkan bahwa, sudah ada lebih dari dua tahun, ia melatih anak-anak di panti asuhan ini mengasah bakat mereka, didalam seni musik, khususnya gamelan.
Baca Juga: Kapolda Maluku Ajak Masyarakat Jaga Persatuan Untuk Aman dan Damai
“Semua diajarkan, mulai dari menabuh gendang, menabuh gong, meniup slompret (terompet Reog), dan juga bermain angklung, serta memukul kenong,” jelasnya.
Briptu Luhur Ainul Fikri, menyebutkan bahwa memang ada tantangan tersendiri untuk mengajari anak-anak berkebutuhan khusus ini, apalagi mereka sama sekali tidak mengenal Reog, bahkan beberapa cuma mendengar saja, tanpa melihat.
“Memang harus sabar dan telaten, bahkan kadang juga menyesuaikan dengan mood mereka,” jelasnya.
Meski punya keterbatasan dan kekurangan, namun anak-anak ini juga punya kelebihan yang luar biasa jika dibandingkan dengan anak pada umumnya.
“Walaupun ada keterbatasan, namun mereka juga punya kelebihan, salah satunya cepat sekali menguasai materi yang diberikan,” jelasnya.
Sementara itu, salah satu dari 15 anak panti asuhan yang belajar kesenian Reog, Muhammad Harris, mengatakan jika sebelum berlajar, ia merasa penasaran dengan alunan musik Reog yang berasal dari slompret. Pasalnya kok bisa ada orang meniup slompret seakan tidak putus-putus.
“Dulu pun saya juga agak-agak takut dengan namanya reog, tapi setelah tahu saya senang,” ungkapnya.
Muhammad Harris, hanya mengandalkan pendengaran saja, karena memang kedua matanya tidak lagi bisa melihat. Hal ini yang menjadi kendala awal-awal belajar meniup slompret.
“Dulu saya bingung, karena cuma bisa mendengar saja nada, sedangkan cara memainkan slompret agak sulit, karena cuma ada lima lubang saja,” tutupnya.
(fa/hn/nm)