Tribratanews.tribratanews.com - Jakarta. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memperkuat surveilans atau penemuan kasus aktif cacar monyet (monkeypox) di seluruh fasilitas kesehatan. Kemenkes juga bekerja sama dengan komunitas atau relawan untuk menjangkau kelompok-kelompok tertentu untuk bisa melakukan deteksi, terutama mencari kontak erat.
“Kita dalami setiap kasus, langsung kita lakukan penyelidikan epidemiologi dan juga penyiapan laboratorium rujukan,” ujar Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes dr. Maxi Rein Rondonuwu dalam keterangan tertulis, Jumat (27/10/23).
Menurutnya, sejumlah laboratorium seperti Balai Besar Laboratorium Kesehatan milik Kemenkes mempunyai kemampuan untuk memeriksa monkeypox, sehingga Kemenkes tinggal mendistribusikan reagennya. Kemenkes juga tengah menunggu pemeriksaan Whole Genome Sequencing terhadap kasus konfirmasi untuk menentukan jenis varian dari monkeypox.
Selain itu, katanya, Kemenkes juga meminta pasien melakukan isolasi dan memberikan terapi.
Rata-rata pasien diisolasi di rumah sakit dan memang pengobatannya lebih banyak ke suportif. Pasien juga diberi obat antivirus dan antibiotik kalau gejalanya parah.
Baca Juga: Kapolda Papua Gerak Cepat Tangani Dampak Cuaca Ekstrem di Papua Pegunungan
“Semua pasien saat ini dalam kondisi stabil, jadi dalam kurun waktu 1 sampai 2 minggu lesi pada kulitnya mulai hilang dan kalau kondisinya bagus pasien bisa dipulangkan,” jelasnya.
Dalam upaya pencegahan, Kemenkes melakukan vaksinasi yang telah disiapkan sejak akhir tahun lalu. Stok vaksin saat ini baru tersedia 1000 dosis untuk jumlah sasaran 477 orang dengan pemberian 2 dosis dengan rentang 4 minggu.
“Pemberian vaksin diprioritaskan pada kontak erat dengan penderita Mpox dan ODHIV,” ungkapnya.
dr. Robert Sinto, Sp.PD, K-PTI, FINASIM dari Perhimpunan Kedokteran Tropis dan Penyakit Infeksi Indonesia menjelaskan, penelitian di luar negeri tidak semua pasien monkeypox mendapatkan antivirus, hanya sekelompok kecil pasien yang mendapatkan antivirus, yaitu kelompok dengan gejala berat atau pasien yang sudah datang dalam keadaan sakit parah.
“Data dari 14 orang yang sudah positif saat ini, kami pantau semuanya belum dalam keadaan membutuhkan antivirus tersebut. Vaksinasi juga bisa dilakukan sebagai pencegahan pascapajanan. Jadi dalam 4 hari kalau memang ada kontak erat dengan pasien yang sudah konfirmasi Mpox maka kita bisa memberikan juga vaksinasi ini sebagai proses pencegahan,” ujar dr. Sinto.
(ay/pr/nm)