Tribratanews.tribratanews.com - Jakarta. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut kasus cacar monyet atau monkeypox (mpox) pertama kali ditemukan di Indonesia pada Agustus 2022, tapi baru-baru ini angkanya melonjak menjadi 15 kasus positif.
"Kenapa kasus tahun ini kelihatan tinggi? Apakah karena tracing? Jadi memang kasus tahun lalu sama," ungkap Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, dr. Maxi Rein Rondonuwu, dikutip dari PMJNews.com, Kamis (26/10/23).
"Jadi setiap ada satu kasus, kita melakukan tracing kontak erat. Malah tahun lalu itu dicari sampai dengan beberapa kelompok yang bisa sampai lebih dari 10 kita cari teman-temannya," tambahnya.
Baca Juga: Polisi Sebut Korban Kecelakaan Motor di Tembalang Ternyata Seorang Pengedar Sabu
Dirjen P2P Kemenkes itu juga memastikan pihaknya untuk langsung melakukan penelusuran kontak atau tracing pasca-temuan kasus pada 2022 maupun 2023. Sama halnya dengan COVID, cacar monyet juga bisa ditularkan melalui interaksi sosial.
"Tahun lalu itu, kita ketahui bersama itu dia sakitnya itu kontak erat dengan penderita dari luar, dari Belanda. Begitu datang kita langsung lokalisir. Tapi sekarang ini kasus yang terjadi sudah transmisi lokal, dan kemampuan tracing-nya sama. Karena penyelidikan epidemiologi setiap kasus langsung dikejar," jelas dr. Maxi.
Menurutnya, saat ini penularan kasus cacar monyet berasal dari transmisi lokal. Bahkan epidemiolog memprediksi total kasus cacar monyet bisa mencapai 3.600 kasus.
Kemenkes, tambahnya, telah melaporkan temuan kasus cacar monyet RI kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Menyikapi perkembangan kasus cacar monyet, RI diminta WHO menggencarkan vaksinasi.
(as/pr/nm)