Pekan-pekan ini, pasti menjadi hari-hari berat dan menantang bagi Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo dan jajarannya. Turunnya kepercayaan publik di berbagai survey, seperti yang dinyatakan sendiri oleh Kapolri saat bersama seluruh jajarannya dipanggil oleh Presiden Jokowi ke Istana Merdeka, Ini jelas bukan perkara mudah untuk dikembalikan ke pososi semula.
Beruntunnya berbagai kejadian yang menurunkan kepercayaan publik pada Korps Bhayangkara, mulai dari kasus FS, informasi Konsorsium judi 303, gaya hidup hedonisme di kalangan Polri, tragedi Kanjuruhan, hingga kasus perkara narkoba TM. Hal ini membuat masyarakat menempatkan Polri menjadi salah satu institusi di bidang hukum, yang paling tidak dipercaya.
Menurut Dr. Rahmat Edi Irawan., S.Pd., M.IKom (Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Bina Nusantara), meski pesan yang dikirim adalah sesuatu yang positif, seringnya justru tetap dianggap sebagai hal yang negatif oleh penerima pesan. Hal itu disebabkan penerima pesan sudah punya penilaian atau persepsi tersendiri, sehingga seringkali justru tidak mau menerima bahkan cenderung menolak pesan yang disampaikan tersebut.
Baca Juga : Proaktif Divhumas Mabes Polri dan Citra Polri
Salah satu teori dalam ilmu komunikasi, Teori Disonansi Kognitif bahkan secara tegas menyatakan adanya kecenderungan penerima pesan, menyeleksi pesan yang masuk ke mereka, hanya pesan-pesan yang sesuai dengan harapan dan pikiran mereka saja. Akibatnya banyak pesan yang dikirimkan, sering tidak menggoyahkan penafsiran atau persepsi seseorang atau si penerima pesan yang terlanjur tertanam.
Lalu, apakah jajaran Polri tidak perlu berbenah atau kembali biasa-biasa saja seperti seolah-olah masyarakat masih tinggi kepercayaan terhadap mereka? Tentu saja tidak, berbagai kerja keras dan cerdas perlu terus dilakukan untuk meyakinkan publik, bahwa Polri saat ini terus berbenah dan tengah melakukan bersih-bersih diri. Sekarang yang perlu diperhatikan jajaran Polri adalah agar mereka terus fokus membersihkan diri, tidak mengulangi kesalahan, dan melayani masyarakat dengan sebaik mungkin. Karena itu salah satu kunci membalik situasinya kembali seperti semula dan lebih dipercaya publik.
(ta/um)