Tribratanews.tribratanews.com - Purbalingga. Seorang anggota Polri atas nama Aipda Agus Miswanto yang bertugas di Polres Purbalingga, memiliki banyak kegiatan yang positif. Selain harus membina rohani hingga menyelesaikan masalah rumah tangga teman kerjanya, dia kini juga mengurusi puluhan santri di pesantren yang didirikan olehnya. Aipda Agus Miswanto sekarang masih bertugas sebagai PS. Kaur Watpers di Polres Purbalingga. Tugasnya adalah bagian mengurusi berkas pensiun, pembinaan kerohanian, dan mental serta mediasi masalah rumah tangga para polisi di tempat tugasnya.
Di samping menjalankan tugasnya, dia juga dikenal sebagai guru ngaji sekaligus pemilik Pondok Pesantren Daruttaqwa di desanya. Kegiatannya sudah dilakukan sejak 2016 silam. Waktu itu dia melihat tidak adanya kegiatan mengaji di musala tempatnya tinggal.
"Saya waktu itu heran, lingkungan sini tidak ada kegiatan mengaji dan keagamaan rutin. Musala sekitar juga sepi dari kegiatan mengaji," jelas Aipda Agus Miswanto, Selasa (8/8/23).
Dari sanalah pada awalnya dirinya merasa terpanggil. Bermodalkan bekal ilmu agama yang dimilikinya, Aipda Agus lalu membuka majelis baca Al-Qur'an di musala itu. Anak-anak di tempat tersebut menjadi sangat antusias. Namun jumlahnya masih belum terlalu banyak. Namun, karena niatnya ibadah, ia tetap semangat mengajar.
"Saya kepingin agar anak-anak khususnya di lingkungan menjadi anak yang saleh dan salehah. Awalnya jemaah sedikit, paling banyak 10 orang. Tapi saya tetap istikamah mengajari anak-anak dan orang tua membaca tulis Al-Qur'an," jelasnya lebih lanjut.
Karena kesibukannya bekerja, dia harus pintar membagi waktu. Sebab muridnya tidak hanya anak-anak, tapi juga para orang tua yang hidup di sekitar rumahnya.
Baca Juga: Brimob Polri Gelar Latihan Sniper Bersama GSG 9 Jerman
"Habis salat asar saya mengajar anak-anak membaca huruf hijaiah dan hafalan surat pendek serta doa sehari-hari. Setelah anak-anak selesai giliran ibu-ibu yang belajar mengaji hingga menjelang magrib," tambahnya.
Lambat laun, Majelis yang didirikannya pun semakin besar. Beruntungnya, pada tahun 2022 orang tuanya mewakafkan tanah. Tanah tersebut ia gunakan untuk membangun masjid kecil di sebelah rumah.
"Jumlah jemaah semakin banyak dan musala tempat mengajar kurang cukup menampung jemaah. Alhamdulillah ada rezeki jadi saya bangun masjid biar semua bisa tertampung," sambungnya.
Di tahun yang sama, ia lalu membuat yayasan, dan mendirikan Pondok Pesantren Daruttaqwa. Di sebelah musala juga sudah ada rumah yang dibuat sejumlah kamar untuk santri.
"Sekarang alhamdulillah ada 70 santri yang mondok di sini. Sebagian santri dari lingkungan sekitar. Tapi juga ada dari desa lain dan tinggal di sini" jelasnya.
Santri yang ngaji di tempatnya tidak semuanya beruntung. Ada sebagian santri yatim piatu. Bahkan ia juga mengajar santri yang disabilitas.
"Sebagian santri, ada beberapa yang yatim piatu dan difabel. Mereka yang punya kekurangan harus disemangati. Kami juga menyekolahkan gratis untuk santri yang yatim piatu," ungkapnya.
(my/pr/um)