Tribratanews.tribratanews.com - Jakarta. Masyarakat kehilangan mata pencahariannya saat wabah COVID-19 melanda dunia pada 2020 lalu. Organisasi ASEAN pun bergerak. Perhimpunan mengaktivasi mekanisme regional, berisi standar pertukaran informasi dan kerja sama.
Saat itu, ASEAN BioDiaspora Virtual Center dibentuk. Tujuannya, agar bisa memberikan landasan pemikiran bagi pemerintah negara anggota mengambil keputusan untuk mengatasi wabah. Seiring berjalannya waktu, organisasi menginisiasi pembentukan respons pandemi yang lebih maju, sekaligus membangun ketahanan jika di masa depan terjadi lagi ancaman kesehatan. Semua bisa dicapai melalui dialog, pembangunan, dan kerja sama antara negara-negara ASEAN.
Di luar hiruk pikuk yang terjadi di jajaran pemerintahan, dan duka akibat banyaknya korban, pandemi juga berdampak positif pada ekonomi digital di Asia Tenggara. Tercatat sekitar 40 juta pengguna internet baru di Indonesia, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Thailand. Pembatasan kegiatan selama wabah COVID-19 membuat bisnis e-commerce langsung melonjak hingga 63 persen.
Perkembangan ekonomi terus terjadi, makin melesat setelah negara-negara ASEAN berhasil melewati masa pandemi.
Baca Juga: Presiden Jokowi: Indonesia Dukung Keanggotaan Timor Leste di ASEAN
Di 2023 ini, Indonesia kembali mendapat status negara berpendapatan menengah ke atas dari Bank Dunia. Dasar penilaiannya adalah pendapatan nasional bruto (PNB) tahunan per kapita Indonesia yang mencapai $4.580 pada 2022. Status ini menyatakan bahwa Indonesia bangkit dari pandemi.
Bukan hanya Indonesia yang membuktikan kekuatannya. Singapura, Filipina, dan Vietnam, turut mencatatkan pertumbuhan ekonomi. Wilayah Asia Tenggara memang terus bertumbuh. Pada 2022, total PDB ASEAN adalah US$3,6 triliun. Pertumbuhan ekonomi ASEAN di 2024 diperkirakan menjadi yang tertinggi di dunia, mencapai 4,5 persen.
ASEAN juga menjadi kawasan yang paling menarik bagi Foreign Direct Investment (FDI). Di 2022, 17 persen FDI masuk ke ASEAN, membuatnya jadi penerima FDI tertinggi jika dibandingkan dengan kawasan berkembang lainnya.
Tapi, ketangguhan ASEAN lagi-lagi teruji saat terjadi perseteruan antara Rusia dan Ukraina. Konflik global itu sempat menyebabkan kenaikan harga komoditas, mengingat dua negara yang bertikai adalah pengekspor utama bahan bakar fosil, biji-bijian, pupuk, dan logam. Namun, kondisi segera membaik. Meski belum pulih seperti semula dampak perang di Ukraina bisa dikurangi oleh masyarakat ASEAN.
"Masyarakat ASEAN memang kuat. Kekuatan itu tentu tidak datang dengan sendirinya, tapi harus diupayakan melalui kebijakan-kebijakan pemerintahnya," demikian pernyataan dalam siaran pers resmi KTT ASEAN, Selasa (5/9/23).
(ndt/hn/nm)