Tribratanews.tribratanews.com - Jakarta. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan membangun industrialisasi menjadi hal penting sebagai pijakan utama untuk mencapai kemandirian ekonomi bangsa.
"Jadi saya bilang, jangan jadi market, tetapi bangsa kita harus juga mulai menjadi bangsa yang mandiri, mulai membangun yang namanya industrialisasi," ujar Menteri Erick, Kamis (11/7/24).
Ia menyampaikan, dengan industrialisasi, baik sumber daya energi maupun pangan secara nasional, merupakan pondasi penting untuk bisa menjadi bangsa yang mandiri dan tidak bergantung pada importasi.
"Kita ini subur, masa gulanya impor terus. Sedangkan gula itu sekarang sudah bisa menjadi alternatif, tidak hanya untuk konsumsi, tapi juga untuk kendaraan," ujar Menteri Erick.
Baca Juga: Persiapan Pilkada 2024, Polda Bali Gelar Latihan Pengawalan dan Pengamanan VIP
Menteri Erick juga menyoroti perlunya untuk tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga produsen utama dalam berbagai sektor vital.
"Kembali bahwa saya sampaikan GDP kita itu kan nanti (pada) 2029, 10 ribuan (dolar AS per kapita). Dimana berarti kan ekonomi kita 3,3 triliun dolar AS. Artinya terbesar di Asia Tenggara saat ini, nanti lebih besar lagi," ungkap Menteri Erick.
Indonesia, kata Menteri Erick, ditargetkan bisa menjadi negara posisi terbesar kelima di dunia pada Indonesia Emas 2045.
"Nah, kebayang tidak nanti kalau di 2045 ketika kita sudah menjadi negara ekonomi terbesar kelima dunia, Itu kan kita lebih besar lagi. Nah artinya apa? Ya kita jangan hanya dijadikan market, tetapi kita mulai harus membangun bagaimana kita mandiri, seperti energi," jelas Menteri Erick.
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya transformasi ekonomi Indonesia dari sekadar pasar menjadi produsen mandiri melalui pembangunan sektor industrialisasi.
Meski begitu, Menteri Erick mengatakan Presiden Joko Widodo saat ini telah mendorong hilirisasi sumber daya alam guna meningkatkan nilai tambah.
"Saya yakin Presiden terpilih Pak Prabowo akan meneruskan. Tetapi Pak Prabowo sendiri sekarang sudah mulai mendorong lagi yang namanya industrialisasi pangan, supaya kita jangan impor pangan terus," ujar Menteri Erick.
Terakhir, ia menyebut ekonomi digital dan pariwisata juga menjadi fokus penting dalam upaya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi lebih dari 5 persen di masa depan.
(ndt/hn/nm)