Tribratanews.tribratanews.com - Pos Pemantau Gunung Api (PGA) Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali melaporkan perkembangan aktivitas vulkanik gunung Ile Lewotolok selama dua pekan terakhir.
Pada periode pengamatan 16 September hingga 30 September 2023, tercatat terjadi 1.073 kali gempa letusan atau erupsi, dua kali gempa guguran, 2.820 kali gempa embusan.
Lalu, 298 kali gempa harmonik, 228 kali tremor non-harmonik, 8 kali gempa hybrid atau fase banyak, 8 kali gempa vulkanik dangkal, 40 kali gempa vulkanik dalam, lima kali gempa tektonik lokal, empat kali gempa terasa, dan 11 kali gempa tektonik jauh.
"Pada periode ini masih didominasi gempa embusan dan letusan," jelas Kepala Pos PGA Ile Lewotolok, Stanislaus, dilansir dari regional.kompas, Kamis (5/10/23).
Tingkat aktivitas gunung Ile Lewotolok dinaikkan dari level II waspada menjadi level III siaga pada 29 November 2020. Kemudian dievaluasi dan diturunkan kembali ke level II pada tanggal 28 Desember 2022.
Sejak pertengahan Januari 2023, aktivitas erupsi muncul kembali. Puncak tertinggi gempa erupsi terjadi pada awal April 2023 yang mencapai 164 kali per hari. Setelahnya gempa erupsi berfluktuasi hingga saat ini.
Di sisi lain, gempa embusan berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat sejak pertengahan Januari 2023 hingga saat ini.
Baca Juga: RSUD Karel Sadsuitubun Dilahap Si Jago Merah, Pasien Sempat Dievakuasi ke Jalan dan Gedung Sekitar
"Gempa embusan lebih mendominasi, ini terkait dengan pelepasan gas ke permukaan," tambahnya.
Sementara itu, sejak 24 Maret gempa guguran cenderung menurun. Sejak 8 Mei 2023, terekam gempa hybrid sebagai indikasi masih adanya pertumbuhan lava di dalam kawah, meskipun cenderung menurun setelah 4 Juni 2023.
Sampai saat ini pasokan fluida masih terindikasi dari terekamnya gempa tremor non-harmonik dan harmonik, vulkanik dangkal, dan vulkanik dalam.
"Sampai saat ini erupsi letusan eksplosif masih tetap berlangsung dengan jangkauan lontaran lava (pijar) dominan masih di sekitar area kawah, namun dapat juga menjangkau sejauh sekitar 500 meter keluar dan kawah," ungkapnya.
Ancaman bahaya dari lontaran lava harus tetap diwaspadai, yang mana sampai saat ini diperkirakan masih akan berada di dalam wilayah radius dua kilometer dari pusat aktivitas gunung Ile Lewotolok.
Ada juga ancaman bahaya dari hujan abu yang arah dan jangkauan sebarannya tergantung pada arah dan kecepatan angin.
Selain itu, ancaman bahaya dari aliran lahar pada sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung Ile Lewotolok terutama pada saat musim hujan, dan potensi ancaman bahaya dari gas-gas vulkanik beracun seperti CO2, CO, SO2, dan H2S di daerah puncak.
"Dengan kemiringan lereng dan apabila kestabilan material lava terganggu maka dapat terjadi guguran atau longsoran lava yang dapat berpotensi juga dikuti oleh awan panas. Arah luncuran dan ancaman bahayanya dapat mengarah ke timur laut, timur, maupun tenggara," tutupnya.
(ek/hn/nm)