www.tribratanews.com - Jakarta. Gempa bumi berkekuatan 6,9 magnitudo terjadi di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Jumat (17/11/23) sekitar pukul 15.14 WIB. Badan Meteorologi, Klimayologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.
“Episenter gempabumi terletak pada koordinat 5,50° LU; 125,18° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 228 km BaratLaut TAHUNA-KEP.SANGIHE-SULUT, pada kedalaman 63 km,” ujar Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, dalam rilis tertulis, Jumat (17/11/23).
Ia menerangkan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan kategori menengah akibat deformasi batuan dalam slab lempeng cotabato (intra-slab) yang tersubduksi ke bawah Mindanao. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan sesar naik (thrust fault).
Dampak gempabumi berdasarkan laporan masyarakat, jelasnya, berupa guncangan dirasakan di wilayah Naha V MMI. Artinya, getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti.
“Di wilayah Ondong, Kab. Kep. Talaud III-IV MMI getaran dirasakan nyata dalam rumah. Lalu, getaran seakan-akan ada truk berlalu pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi,” ujarnya.
Kemudian di Bolaang Mongondow, Manado, Bitung, Tomohon, Minahasa Utara III MMI getaran dirasakan nyata dalam rumah. Selain itu terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.
“Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut,” ungkapnya.
(ay/hn/nm)