Aksi Anarkis, Kapolda Sulsel Ungkap Kelompok Penyusup Massa Mahasiswa di Makassar

13 April 2022 - 17:07 WIB

Tribratanews.tribratanews.com - Makassar. Polisi menangkap sejumlah orang yang disebut perusuh dalam unjuk rasa ricuh menolak wacana penundaan pemilu tahun 2024 di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Penangkapan masing-masing pelaku di tempat yang berbeda pada Senin malam, (11/4/22).

Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan, Irjen. Pol. Drs. Nana Sujana, M.M., mengonfirmasi kabar penangkapan itu. Dia mengatakan bahwa kericuhan dalam demo pada 11 April di Makassar disusupi kelompok tertentu.

“Jadi demo ini bukan lagi mahasiswa, karena menjelang akhir buka puasa, ada beberapa kelompok yang juga melakukan aksi tapi saya melihat itu bukan dari kelompok mahasiswa, dan sudah anarkis,” jelas Kapolda Sulsel saat dimintai konfirmasi, Selasa (12/4/22).

Awalnya, ujar beliau, aksi demonstrasi 2.000-an mahasiswa dari berbagai kelompok aliansi berkumpul di sejumlah titik di sekitar DPRD Sulawesi Selatan berlangsung damai. Namun kericuhan pun sontak terjadi sesaat setelah sejumlah anggota DPRD menemui massa. Kericuhan itu bermula saat adanya beberapa orang di antara massa yang menyusup melakukan pelemparan.

“Awalnya berjalan baik, kami pun telah berkoordinasi dari pihak DPRD untuk kami mediasi, dan sudah diterima dengan baik. Namun jelang beberapa saat setelah itu ada salah satu kelompok, yang kami duga bukan mahasiswa, membuat kegaduhan dengan melempar ke gedung DPRD," ungkap Jenderal Bintang Dua itu.

Karena sudah rusuh, ujar Beliau, polisi harus memukul mundur massa aksi hingga mereka bubar. Meski awalnya sudah diperingatkan, mereka tetap berulah dengan melempari gedung DPRD dengan batu.

Saat sedang rusuh, barikade polisi dibentuk dan memukul mundur massa aksi. Mereka dipukul mundur ke dua arah berbeda, yakni Jl. AP Pettarani dan Jl. Urip Sumoharjo Polisi berulang kali meminta para demonstran untuk bubar sambil menembakkan gas air mata. Massa demonstran yang sudah tak terkendali akhirnya mulai emosi dan melempar batu ke arah barikade polisi.

Saat pelemparan, katanya, polisi sempat menahan untuk tidak membalas tembakan. Tetapi karena membahayakan akhirnya polisi sesekali melepaskan tembakan gas air mata ke arah demonstran.
“Tapi tidak digubris maka mau tidak mau kami melakukan pendorongan tetapi kita tetap menyampaikan persuasif agar tidak melakukan pelemparan. Akan tetapi tidak digubris lagi maka kami mengeluarkan tembakan gas air mata sebagai peringatan,” ujar Kapolda Sulsel.

Share this post

Sign in to leave a comment