Tribratanews.tribratanews.com - Jakarta. Kementerian Kesehatan meningkatkan program deteksi dini kanker guna menekan risiko kematian akibat penyakit tersebut. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengemukakan bahwa risiko kematian akibat kanker bisa ditekan dengan pemeriksaan secara berkala untuk mendeteksi kanker sejak dini.
Maxi mengatakan bahwa pelaksanaan pemeriksaan berkala untuk mendeteksi kanker bisa menekan 30 sampai 40 persen risiko kematian akibat kanker. Maxi juga menyampaikan bahwakanker payudara dan kanker serviks merupakan jenis kanker yang banyak terjadi di wilayah Indonesia.
Baca juga : Kemenkes Catat 710 Kasus Dengue di Awal 2023
Menurut data pemerintah pada 2020 ada 65.858 kasus kanker payudaradan 36.633 kasus kanker servis. Guna menekan kematian akibat kanker, Kementerian Kesehatan menjalankan program deteksi dini kanker serviks menggunakan metode inspeksi visual asam asetat atauIVApada perempuan berusia 30 sampai 50 tahun atau perempuan yang sudah pernah melakukan hubungan seksual.
Pemeriksaan menggunakan metodeIVA dapat dilakukan setahun sekali untuk melihat kemungkinan ada tanda-tanda kanker pada leher rahim atau servis. Selain itu, PapSmear atau pemeriksaan papbisa dilakukan untuk mendeteksi kanker serviks sejak dini. Tes PapSmearbisa dilakukan tiga tahun sekali hingga usia 65 tahun.
Kementerian Kesehatan tahun ini menguji penerapan metode deteksi kanker serviks melalui pemeriksaan HPVDNA, yakni prosedur untuk mendeteksi infeksi humanpapillomavirus atau HPV.b"Metode terbaru ini bisa menggunakan PCR yang kami miliki. Bulan ini kami uji coba di DKI Jakarta," kata Maxi dalam peringatan Hari Kanker Sedunia 2023 dalam konferensi pers yang diikuti via daring dari Jakarta, Kamis (2/2/2023).
Sedangkan untuk mendeteksi dini kanker payudara, ia menjelaskan, pemerintah mengampanyekan pelaksanaan pemeriksaan rutin secara mandiri menggunakan metode periksa payudara sendiri atau Sadari setiap bulan.
Sadari dilakukan dengan meraba dan melihat perubahan spesifik pada bagian payudara, seperti adanya benjolan, penebalan kulit, perubahan ukuran payudara, hingga pembengkakan lengan atas.
Di samping itu, kanker payudara dapat dideteksi dini dengan menjalani pemeriksaan menggunakan alat ultrasonografi (USG) minimal satu tahun sekali atau menjalani pemeriksaan mamografi, pemeriksaan radiologi untuk melihat adanya kelainan yang mengarah pada kanker pada area payudara.
Layanan pemeriksaan USGsudah tersedia di puskesmas, sedangkan layanan mamografibisa diakses di rumah sakit. Upaya deteksi dini kanker sangat penting mengingat penanganan penyakit dengan risiko kematian tinggi tersebut membutuhkan biaya besar.
Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan tahun 2020 menunjukkan bahwa penanganan pasien denganpenyakit kanker menghabiskan biaya hingga Rp3,5 triliun.
"Selain masalah biaya, kanker juga jadi masalah pada dampak sosial. Banyak pasien menjual hartanya untuk menanggung biaya," kata Maxi.
(ndt/af/hn/um)