Tribratanews.tribratanews.com - Jakarta. Keju seringkali digunakan pada masakan dan kue. Namun, ada beberapa fakta mengenai keju yang kerap salah arti. Mulai dari warna hingga kandungan lemak keju.
Di Indonesia keju bukan makanan utama, tapi kerap ditambahkan pada sajian dessert atau kue kering. Pada masakan, keju tua dan keju lunak sering dipakai untuk saus atau topping.
Dilansir dari Mashed, Jumat (1/3/24), berikut sederet fakta keju yang ternyata masih banyak mengecoh, antara lain:
1. Warna Keju
Setiap jenis keju memiliki warna yang berbeda. Beberapa di antaranya ada yang kuning terang, kuning pucat, hingga yang oranye kemerahan.
Baca Juga: Kemenhub Gelar Mudik Gratis 2024, Ini Cara dan Jadwal Pendaftarannya
Banyak yang beranggapan kalau keju dengan warna oranye kemerahan itu terbentuk secara alami. Padahal faktanya keju oranye jauh dari kata alami yang mana dulunya merupakan trik pemasaran sejak abad ke-16.
Awalnya, pembuat keju memanfaatkan kunyit atau jus wortel untuk memberi warna oranye pada keju mereka. Pada abad ke-18, sebagian besar produsen keju beralih ke annatto dari Amerika Selatan untuk memberikan warna emas tanpa tambahan rasa apa pun, dan saat ini, annatto masih memberikan warna yang dapat dikenali pada cheddar oranye.
2. Konsumsi Keju
Orang yang intoleransi terhadap laktosa biasanya menghindari susu. Banyak juga yang akhirnya tak mengonsumsi produk susu, seperti keju.
Namun, ternyata anggapan soal mengonsumsi keju tak baik untuk yang intoleransi terhadap laktosa itu salah. Tak semua jenis keju harus dihindari, karena proses pembuatan keju menghilangkan sebagian besar laktosa dalam susu.
3. Kandungan Lemak Keju
Keju memiliki sejumlah kandungan lemak. Banyak yang beranggapan kalau kandungan lemak pada keju ini semakin besar pada jenis keju lunak.
Keju yang encer mendapatkan teksturnya bukan karena lebih banyak lemak, melainkan karena kandungan airnya yang lebih tinggi. Faktanya, keju yang padat dan keras seperti cheddar tua atau parmesan justru memiliki lebih banyak lemak.
4. Penyimpanan Keju
Proses penyimpanan keju juga harus tepat kalau ingin konsistensinya tahan lama. Banyak orang percaya kalau menyimpan keju yang baik harus dibungkus menggunakan plastik.
Ternyata, fakta itu justru sebaliknya. Disebutkan kalau keju itu hidup dan perlu bernapas. Jika membungkusnya dengan plastik, maka akan mendorong terbentuknya jamur dan membuatnya lebih cepat rusak.
Alternatif yang harus dilakukan adalah membungkus keju dengan kertas roti, kertas lilin, atau bahkan kertas keju yang bisa didapatkan dari penjualnya. Kertas ini akan membantu keju dalam mempertahankan keseimbangan kelembapannya.
5. Keju Berjamur
Beberapa jenis keju ada yang diketahui berjamur, seperti brie, gorgonzola, dan lainnya. Kalau berpikir keju berjamur itu tak aman dikonsumsi, anggapan itu salah.
Jika saat membeli keju, lalu muncul jamur di beberapa bagiannya, jangan langsung membuangnya. USDA merekomendasikan untuk memotong sekitar 1 inci pada bagian yang berjamur. Kemudian, sisa kejunya masih bisa dinikmati.
Namun, untuk jenis keju yang lembut seperti ricotta, krim keju, chevre, dan lainnya, jika muncul jamur sebaiknya langsung dibuang. Hal yang sama berlaku untuk keju yang sudah diparut atau diparut, yang kemungkinan besar terkontaminasi jauh dari apa yang terlihat dengan mata telanjang.
(sy/pr/nm)