Ahli: Adanya Ikatan Suhu Panas dan Tingkat Emosional di Sebagian Orang

8 October 2023 - 20:00 WIB
Foto: Ilustrasi

Tribratanews.tribratanews.com - Jakarta. Sejumlah studi menunjukkan hubungan yang jelas antara cuaca panas dan tingkat emosional yang tinggi. Bahkan hal ini terkadang bisa menyebabkan perilaku tidak baik.

Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa jenis kejahatan seperti pembunuhan, penyerangan berat, pemerkosaan, serangan teroris, dan penembakan massal lebih sering terjadi saat temperatur naik.

Bahkan di lingkungan yang diawasi seperti penjara, sebuah penelitian pada tahun 2024 menemukan peningkatan 18 persen dalam hal kekerasan antara narapidana saat suhu sedang panas-panasnya.

Orang-orang juga mungkin menyalurkan kemarahannya pada diri mereka sendiri, risiko bunuh diri juga disebut lebih tinggi pada hari-hari yang lebih panas.

Dilansir dari laman CNN, Sabtu (7/10/23), mungkin ada banyak alasan untuk keterkaitan ini. Tetapi penelitian terbaru telah mengonfirmasi bahwa beberapa orang lebih marah dan melampiaskan kemarahannya lebih banyak ketika mereka merasakan panas.

Dalam eksperimen yang melibatkan 2.000 mahasiswa dari California dan Kenya yang dipilih secara acak untuk bermain di ruangan panas atau yang lebih sejuk.

Baca Juga:  Hindari, Ini 7 Kesalahan saat Mandi yang Tanpa Disadari Bikin Kulit Rusak

Hasil menunjukkan suhu tidak memengaruhi hasil bagi mereka yang bermain permainan yang melibatkan keputusan ekonomi umum. Namun, ketika bermain "The Joy of Destruction," sebagian mahasiswa di Kenya di ruangan panas menunjukkan perilaku lebih agresif.

Dalam permainan tersebut, pemain bisa mendapatkan poin yang dapat ditukarkan dengan kartu hadiah sungguhan. Namun, poin juga bisa diambil secara acak oleh komputer atau oleh rekan bermain yang tidak dikenali.

Penelitian ini menunjukkan bahwa para pemain dari Kenya yang bermain di ruangan panas cenderung merugikan pemain lain dengan mengurangi poin mereka.

"Tidak ada keuntungan pribadi dalam tindakan ini. Ini hanyalah game The Joy of Destruction sesuai dengan namanya. Hal ini sungguh mengejutkan kami," ungkap Dr. Ian Bolliger.

Ia mencatat bahwa panas sepertinya tidak memengaruhi perilaku, sehingga dia berpendapat suhu tidak menjadi penyebab orang menjadi agresif. Sebaliknya, perbedaan tersebut mungkin disebabkan oleh hal-hal yang terjadi di luar ruangan yang panas di Kenya.

Pihak yang kalah merasa kecewa dan menuduh pihak pemenang melakukan kecurangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para pemain video game yang mendukung kandidat yang kalah memiliki rasa kecewa yang signifikan.

"Kelompok inilah yang menunjukkan perilaku agresif, sementara di Berkeley dan dengan kelompok etnis lainnya, kami tidak melihat peningkatan perilaku agresif, bahkan di ruangan yang panas," jelasnya.

(sy/hn/nm)

Share this post

Sign in to leave a comment