www.tribratanews.com - Papua. Pasca ditetapkannya tersangka Gubernur Papua, Lukas Enembe, banyaknya Unjuk rasa massa simpatisan yang menolak penetapan Lukas Enembe sebagai tersangka KPK yang belum lama ini berlangsung.
Kepolisian Daerah Papua pun mengantisipasi unjuk rasa susulan, apalagi rumah Lukas Enembe belakangan ini kerap dipadati oleh massa simpatisannya.
"Rumah Lukas Enembe itu ada beberapa warga yang ada di sana sejak Lukas Enembe ditetapkan jadi tersangka," jelas Kabid Humas Polda Papua Kombes. Pol. Drs. Ahmad Mustofa Kamal, S.H., Kamis (29/9/22).
Kendati pasca tersebut, Perwira berpangkat 3 melati tersebut menuturkan kepadatan massa di rumah Lukas Enembe bersifat fluktuatif.
"Sampai tanggal 20, setelah unjuk rasa sampai yang ada 20-30. Kemudian dua hari lalu di sana ada 3 hari doa bersama. Sempat malamnya ada aktivitas banyak lagi," jelas Kabid Humas Polda Papua.
Untuk mengantisipasi unjuk rasa susulan, Polda Papua melakukan sejumlah upaya khusus. Termasuk dengan mendatangkan bantuan pengamanan 3 SSK Nusantara.
"3 SSK dari Polda Maluku dan Polda Sulut," jelasnya.
Menurut Kabidhumas Polda Papua, Kombes. Pol. Drs. Ahmad Mustofa Kamal, S.H., penguatan pengamanan perlu dilakukan mengingat seringkali terjadi konsentrasi massa dari simpatisan Lukas Enembe. Sehingga Kabid humas menyebut pihaknya perlu memastikan rasa keamanan di Papua.
"Ya kemarin kan dia unjuk rasa tanggal 20 untuk mengantisipasi chaos dan sebagainya perlu kehadiran rekan-rekan Brimob Nusantara. Dengan kehadiran rekan-rekan Brimob BKO maka masyarakat di sini semakin yakin bahwa ada perkuatan sehingga mereka semakin nyaman," jelasnya.
Sekitar 1.000 orang simpatisan Lukas Enembe sebelumya datang dari berbagai wilayah memasuki Kota Jayapura pada Selasa (20/9/22). Para simpatisan yang menolak status tersangka Lukas Enembe oleh KPK itu kemudian disekat menjadi 20 titik.
"Kita membagi tempat mereka menyampaikan pendapat. Ya total mereka bisa sampai 1.000 ya," ungkap Kapolresta Jayapura, AKBP Dr. Victor Dean Mackbon, S.H., S.IK., M.H., M.Si.
"Jadi kita sekat (massanya) ada sekitar 20 titik ya," sambung Kapolresta Jayapura.
Menurut Kapolresta Jayapura, penyekatan massa simpatisan Gubernur Lukas Enembe menjadi 20 titik untuk menghindari konsentrasi massa yang terlalu besar yang bisa saja berdampak terhadap situasi keamanan di Papua, khususnya di Jayapura.
"Karena kita mencegah mereka melakukan long march, kita cegah karena arus jalan di Jayapura terbatas, kalau mereka jalan tentunya akan mengganggu aktivitas masyarakat," jelasnya.
Penyekatan massa ini berjalan kondusif lantaran koordinator massa aksi mau berkoordinasi dengan pihak TNI Polri yang melakukan pengamanan. Sehingga massa aksi sepakat terbagi ke dalam beberapa kelompok dan titik saat melakukan unjuk rasa.
"Jadi kita fasilitasi di beberapa titik, tidak semua ke DPR. Jadi ada beberapa titik mereka orasi, seperti di Abepura mereka orasi, di Sentani mereka juga orasi, kemudian di Expo juga, jadi kita membagi tempat," tegasnya.
Sumber : detik.com