Tribratanews.tribratanews.com - Jakarta. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menekankan pentingnya masyarakat Indonesia untuk selalu siap siaga dalam mengantisipasi berbagai ancaman bencana, terutama megathrust.
"Hari ini kita melaksanakan apel kesiapsiagaan dan simulasi secara mandiri," ujar Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, Kamis (5/9/24).
Ia mengatakan apel kesiapsiagaan tersebut dilaksanakan secara serentak di empat titik, yakni Pangandaran, Cilacap, Pandeglang, dan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumbar.
Kepala BNPB mengatakan kesiapsiagaan tersebut dilatarbelakangi prediksi oleh para ilmuan dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) adanya potensi gempa bumi serta tsunami dalam skala megathrust.
"Isu megathrust itu bukan terjadi hari ini saja, Indonesia dengan posisi yang sangat strategis dari sejak dulu dikatakan ada beberapa tempat yang bisa berpotensi gempa bumi dan tsunami hingga skala megathrust," ujar Kepala BNPB.
Kejadian gempa bumi yang diikuti gelombang tsunami di Aceh pada 2004, kemudian peristiwa gempa bumi di Padang pada 2009, dan kejadian di Kabupaten Kepulauan Mentawai 2010 membuktikan adanya ancaman nyata yang wajib diwaspadai.
Pada apel kesiapsiagaan tersebut, Kepala BNPB mengatakan hingga saat ini belum ada ilmu pengetahuan atau ahli yang bisa memprediksi dengan pasti kapan maupun titik lokasi kejadian megathrust.
Oleh karena itu, BNPB, TNI-Polri, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah sudah mewaspadai adanya ancaman nyata megathrust. Untuk mengantisipasi ancaman bencana, pemangku kepentingan telah menyusun program tahunan, khususnya di daerah yang rawan diterjang tsunami.
Program tersebut dengan cara memasang alat pendeteksi dini yang modern, termasuk menyiapkan serta melatih masyarakat yang disebut dengan Desa Tangguh Bencana.
Dengan menyiapkan masyarakat yang tangguh bencana serta didukung alat pendeteksi modern, BNPB berharap, masyarakat semakin sadar dan mengetahui langkah apa saja yang mesti dilakukan ketika terjadi bencana alam.
(ndt/hn/nm)