www.tribratanews.com - Jakarta. Berdasarkan data terbaru yang disampaikan Kementerian Dalam Negeri setempat pada Sabtu (9/9/23), Korban tewas gempa M 6,8 Maroko terus bertambah, kini tercatat setidaknya 1.305 korban tewas.
Baca Juga : Polisi Berhasil Amankan Warga yang Memiliki Senjata Api Rakitan
Dilansir dari CNN Indonesia, Tidak hanya korban tewas jumlah korban luka juga meningkat drastis menjadi_1.832 orang. Sebanyak 1.220 orang di antaranya dlalrikan ke Rumah Sakit dalam kondisi kritis.
Maroko telah mengumumkan masa berkabung selama tiga hari karena bencana Gempa 6,8 M ini. Bendera setengah tiang bakal dikibarkan di setiap gedung tertinggi di Maroko.
Raja Maroko Mohammed VI, Muhammad bin Hassan II telah memerintahkan pembentukan komisi buat penanganan bencana untuk rehabilitasi dan bantuan darurat dan cepat . Dia menginginkan fokus pada pembangunan rumah yang hancur serta perawatan pada orang-orang terdampak khususnya yatim dan kelompok rentan.
Raja juga memerintahkan akomodasi makanan dan semua kebutuhan dasar lainnya tersedia bagi yang membutuhkan. Selain itu dia juga membentuk rekening khusus di bank sentral untuk sumbangan bantuan terhadap semua warga negaranya yang terkena bencana.
Gempa tersebut dikabarkan menjadi gempa terbesar di Maroko dengan kekuatan gempa magnitudo 6,8 melanda Maroko pada Jumat (8/9/23) malam. Ini merupakan gempa paling mematikan di Maroko sejak Agadir diguncang gempa berkekuatan Magnitudo 6,7 pada tahun 1960, yang menewaskan lebih dari 12.000 orang. Bencana ini disebut sebagai gempa paling mematikan yang melanda Afrika Utara selama beberapa dekade terakhir.
Raja memerintahkan angkatan bersenjata untuk membantu tim penyelamat, dan warga Maroko menyumbangkan darah sebagai bagian dari upaya nasional untuk membantu para korban.
Pusat gempa berada di_72 km bara daya Marrakesh, kota wisata berpenduduk sekitar 800 ribu orang, tepatnya di pegunungan High Atlas.
PBB menyatakan siap untuk membantu pemerintah Maroko dalam upaya penyelamatan dan janji serupa juga datang dari beberapa negara termasuk Spanyol, Prancis dan Israel.
Negara tetangga, Aljazair, memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan Maroko dalam beberapa tahun terakhir, namun kini membuka wilayah udaranya untuk penerbangan kemanusiaan ke Maroko.
(pt/pr/nm)