Tribratanews.tribratanews.com - Badung, 4 September 2024 – Indonesia bersama dengan Asosiasi di sektor pertambangan telah menyelenggarakan “International Workshop on Downstream Mining with Value Added and Critical Mineral Resources Indonesia-Africa” di sela-sela Indonesia-Africa Forum (IAF) ke-2, Selasa (3/9/2024) di Nusa Dua, Bali.
Acara dibuka oleh Direktur Pasifik dan Oseania Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI Adi Dzulfuat, dan Asisten Deputi Keamanan dan Ketahanan Maritim Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) RI Adriani Kusumawardani.
Adi Dzulfuat menegaskan bahwa transformasi pertambangan berkelanjutan penting dilakukan namun harus memperhatikan penguatan perlindungan terhadap lingkungan dan kebermanfaatan yang lebih besar bagi masyarakat lokal.
Maka itu pada kesempatan tersebut, Adi mengungkapkan jika tantangan yang dihadapi oleh Indonesia saat ini adalah bagaimana menekan seminimal mungkin dampak negatif pertambangan terhadap lingkungan. “Serta optimalisasi nilai dari pertambangan itu sendiri,” jelasya.
Sementara Adriani menambahkan bahwa saat ini Indonesia berkomitmen untuk mengimplementasikan hilirisasi tambang dengan nilai tambah untuk komoditas yang bernilai ekonomi tinggi. Hal ini dapat diterapkan dengan prinsip yang sama di negara-negara Afrika.
Baca Juga: Ditlantas PMJ Lakukan Penyisiran Ranjau Paku, Amankan Perjalanan Pemimpin Gereja Katolik Dunia
“Proses hilirisasi tambang bernilai tambah untuk critical mineral sangat menguntungkan Indonesia, dan ini sangat bisa diterapkan di negara-negara Afrika yang berlimpah tambangnya,” jelas Adriani.
Pada sesi diskusi, mengulas berbagai isu-isu pertambangan yang ada di Indonesia dan Afrika. Kemudian kolaborasi multi-stakeholder yang efektif di sektor pertambangan, serta strategi pertambangan berkelanjutan dan bertanggung-jawab berdasarkan prinsip ESG (Environment, Social, Governance).
Lokakarya diawali Sesi Plenary oleh Sekretaris Ditjen Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Dr. Siti Sumilah Rita Susilawati dan Ketua Kamar Dagang Divisi Tambang Kenya yang juga Executive Board Member ¬- Artisanal and Small Scale Mining Association of Kenya (ASMAK) Vishal Khargam.
Rita banyak mengulas peran pemerintah Indonesia dalam menyusun berbagai regulasi dan strategi hilirisasi mineral untuk meningkatkan nilai tambah serta strategi untuk menarik investasi di sektor pertambangan mineral di Indonesia. Sementara Vishal menyampaikan pengelolalan pertambangan rakyat oleh Pemerintah Kenya yang telah bekerja sama dengan Indonesia untuk membangun masyarakat tambang yang bertanggungjawab (Responsible Mining Community).
Untuk Panel I, Optimizing Downstream Mining: Enhancing Value and Efficiency menghadirkan masing-masing Dirut PT Freeport, PT Vale dan Kementerian Mineral Mozambique. Ketiganya mengangkat isu rehabilitasi lingkungan, kerja sama global, dan transisi energi di sektor pertambangan.
Adapun Panel II, Collaborative Strategies for Securing Critical Mineral Supply menghadirkan PT Antam dan PT Trinusa Resources yang menjelaskan potensi kerja sama pertambangan seperti praktik operasional pertambangan yang sukses di Indonesia terutama untuk emas, tembaga, nikel.
Pada kesempatan ini, CEO Global Renaissance-Zimbabwe, Chairman Artisanal and Small Scale Mining Association of Kenya (ASMAK), dan Director Mining and Metals APAC DSS+ turut menyampaikan mengenai potensi kerja sama dan investasi untuk hilirisasi pertambangan dan sumber daya mineral kritis di negaranya.
Acara ditutup paparan Asisten Deputi Strategi dan Kebijakan Percepatan Investasi, Kemenko Marves RI Ferry Akbar Pasaribu, dan Ketua Djakarta Mining Club Mangantar S. Marpaung.
Sebagai tindak lanjut, stakeholders Indonesia yang hadir dalam Workshop ini berkomitmen untuk meningkatkan kerja sama dengan mitra-mitra negara Afrika baik secara G to G, G to B, maupun B to B.
Rangkaian lokakarya yang digelar dalam side event IAF ke-2 ini dihadiri oleh stakeholder pertambangan Indonesia dan negara-negara Afrika, antara lain, Kenya, Mozambik, Zimbabwe, Tanzania, dan negara-negara lainnya.
Acara ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mengenai berbagai peraturan di sektor tambang, peluang, tantangan, dan strategi untuk meningkatkan rantai nilai mineral penting antara Indonesia dan Afrika.
Diharapkan, berbagai potensi kerja sama sektor pertambangan antara Indonesia-Afrika semakin terbuka. Selain itu juga tercapai pemahaman bersama mengenai insentif, regulasi, dan relaksasi yang disiapkan oleh pemerintah untuk menarik investor termasuk pembahasan mengenai praktik pertambangan berkelanjutan dengan mengedepankan aspek sosial, ekonomi, dan pengelolaan yang transparan.
Acara ini dihadiri oleh perwakilan Kemenko Marves RI, Kementerian Luar Negeri RI, Kementerian ESDM RI, Djakarta Mining Club, Kombers - Komite Cadangan Mineral Indonesia (KCMI) serta wakil pemerintah dan kalangan bisnis di sektor pertambangan baik dari Indonesia dan negara-negara Afrika.
(ta/hn/nm)