Ini 6 Tradisi Unik Tahun Baru Islam dan Muharram di Indonesia dari Berbagai Daerah

18 July 2023 - 16:01 WIB
Foto: utaratimes

Tribratanews.tribratanews.com - Jakarta. Tahun Baru Islam dirayakan setiap tahun pada tanggal 1 Muharram. Tahun Baru Islam 1445 H jatuh pada hari Rabu, 19 Juli 2023 yang secara umum diperingati mulai malam hari Selasa, 18 Juli 2023.

Tahun Baru Islam dirayakan di beberapa wilayah Indonesia. Secara umum, masing-masing daerah tersebut memiliki tradisi merayakan tahun baru Islam dan Muharram.

Tradisi unik tahun baru Islam banyak dijumpai di daerah Jawa. Hal ini tidak terlepas dari kesamaan sistem penanggalan kalender Hijriyah dengan penanggalan Jawa.

Selain Jawa, daerah lain juga banyak dijumpai yang masih melestarikan kearifan lokal untuk memeriahkan tahun baru Islam atau Muharram. Tradisi tersebut masih eksis hingga saat ini.

Untuk mengenal, berikut sejumlah tradisi saat perayaan tahun baru Islam dan Muharram di sejumlah daerah yang dilansir dari Liputan6.com.

1.Mubeng Beteng

Mubeng Beteng adalah tradisi yang dilaksanakan menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram. Pelaksanaan acara ini biasanya peserta mengelilingi kompleks keraton Yogyakarta. Mereka melakukan itu tanpa bicara atau bersuara, makan, dan minum.

Saat menjalani ritual, para peserta dilarang berbicara satu sama lain dan hanya diperbolehkan untuk memanjatkan doa permohonan keselamatan lahir dan batin serta kesejahteraan bagi diri sendiri, keluarga, dan bangsa. Tradisi ini juga dijadikan sebagai sarana evaluasi terhadap segala perbuatan pada tahun sebelumnya.

2. Barikan

Tradisi yang dilestarikan masyarakat Pati, Jawa Tengah ini meliputi acara kenduri bersama. Para warga setempat akan membawa nasi serta lauk dari rumah untuk didoakan, sebagai bentuk rasa syukur atas berkah yang diberikan oleh Allah SWT sekaligus memohon keselamatan.

Usai memanjatkan doa, maka kegiatan dilanjutkan dengan menggelar makan bersama. Mereka juga aling bertukar lauk satu sama lain, untuk meningkatkan kerukunan dan saling mengasihi antar warga.

Baca Juga:  Operasi Antik Intan 2023 Polda Kalsel Berhasil Amankan 236 Tersangka Narkoba

3. Kerbau Bule

Saat tahun baru Islam, di Keraton Surakarta digelar kirab kebo bule atau kerbau bule. Kebo bule merupakan hewan kesayangan susuhunan atau sunan dan dianggap  sebagai lambang rakyat kecil, khususnya petani.

Saat kirab, sejumlah kerbau diarak keliling kota yang diikuti oleh keluarga keraton. Di dalam tradisi kirab, benda pusaka peninggalan Dinasti Mataram, seperti tombak, keris, dan sebagainya, diarak sembari dikawal oleh kebo bule.

4. Satu Suro

Tanggal 1 Muharram bersamaan pula dengan 1 Suro dalam kalender Jawa. Karena itu, umat Islam di Jawa biasanya merayakan dua tahun baru sekaligus.

Masyarakat Jawa biasanya menyambut 1 Suro dengan meriah. Mereka masyarakat menyalakan kembang api dan trompet dengan penuh kegembiraan.

Selain itu, masyarakat juga membawa gunungan yang berisi hasil bumi. Usai dibacakan doa, warga kemudian memperebutkan gunungan tersebut beramai-ramai.

5. Bubur Suro

Masyarakat Jawa Barat memiliki sebuah tradisi saat memasuki 10 Muharram yang diberi nama tradisi Bubur Suro. Tradisi ini juga dilakukan guna memperingati wafatnya cucu Nabi Muhammad ketika perang.

Dalam tradisi bubur suro ini, masyarakat Jawa Barat menyiapkan bubur merah dan bubur putih yang disajikan secara terpisah. Selanjutnya, bubur suro yang sudah jadi dibawa ke masjid terdekat bersamaan dengan hidangan lezat lainnya.

6. Tabot

Tradisi ini Tabot berasal dari Bengkulu dan disebut-sebut sudah ada sejak lama yang dilakukan oleh Syeh Burhanuddin. Acara ini juga dirayakan untuk mengenang kepahlawanan serta wafatnya cucu Nabi Muhammad, Husein bin Ali Abu Thalib.

Pada awalnya, upacara satu ini dibawa oleh penyebar agama Islam di Punjab, India, ke Indonesia ketika masa penjajahan Inggris. Banyak yang percaya jika Tahun Baru Islam tak dirayakan, maka akan terjadi musibah.

(rd/hn/um)

Share this post

Sign in to leave a comment