Filosofi Satu Tungku Tiga Batu yang Menjaga Kerukunan Umat Beragama di Papua

20 July 2023 - 10:00 WIB
Foto: etnis.id

Tribratanews.tribratanews.com - Jakarta. Toleransi umat beragama di Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat, dikenal sangat tinggi. Kerukunan ini tidak terlepas dari falsafah 'satu tungku tiga batu' yang ditanamkan pada warganya.

Tungku yang merupakan alat masak diketahui punya bobot berat dan bersuhu sangat panas. Di bawahnya, ada batu-batu yang disusun sedemikian rupa agar bisa menopang tungku tersebut. Tungku dan batu dengan posisi demikianlah yang dijadikan simbol persatuan masyarakat Papua Barat, khususnya Fakfak.

Tiga batu sendiri menggambarkan tiga agama besar di Papua Barat, yakni Katolik, Islam, dan Kristen. Ketiganya harus terus bersatu dan tidak boleh ada yang terpisah agar tungku yang ditopang di atasnya tidak jatuh dan tumpah.

Karena pentingnya kerukunan sesama masyarakat, Satu Tungku Tiga Batu adalah filosofi yang harus senantiasa tertanam di jiwa masyarakat Fakfak. Bahkan pesan inti dari filosofi tersebut pun dapat diadopsi oleh masyarakat dari daerah lain.

Mengenai keberadaan agama Katolik, Islam, dan Kristen sendiri. Data yang dipublikasikan Pemda Fakfak di situs resminya menunjukkan jika Islam adalah agama mayoritas yang dianut di Fakfak dengan persentase 63,08 persen, lalu disusul Kristen Protestan 18,27 persen Katolik 18,52 persen, Hindu 0,09 persen dan Budha 0,04 persen, dikutip dari GNFI.

Baca Juga:  Kepala Desa Tonjong Ditangkap Polisi Usai Diduga Gelapkan Dana

Tugu Satu Tungku Tiga Batu terletak di Taman Kota Fakfak. Berada di bagian selatan kota yang berbatasan langsung dengan pantai, masyarakat dan wisatawan dapat mengunjungi tugu tersebut sambil menikmati pemandangan laut.

Pentingnya filosofi Satu Tungku Tiga Batu juga disampaikan oleh Wakil Presiden (Wapres) RI Prof. Dr. (H.C.) K. H. Ma'ruf Amin, saat mengunjungi Fakfak pada Jumat (14/7/23) lalu.

“Filosofi ‘Satu Tungku Tiga Batu’ ini saya kira sesuatu yang harus, bukan hanya dilestarikan tapi diberikan nilai-nilai yang bisa menjadi pola hidup. Bukan hanya slogan, tapi dalam bentuk tatanan kehidupan kita bermasyarakat,” ujar Prof. Dr. (H.C.) K. H. Ma'ruf Amin.

Prof. Dr. (H.C.) K. H. Ma'ruf Amin, melihat bahwa sejauh ini filosofi tersebut bisa diterapkan dengan baik di Fakfak. Ia pun memberikan apresiasi kepada masyarakat Fakfak yang terus senantiasa menjaga kerukunan antar umat beragama.

“Saya gembira karena di Fakfak ini semuanya bisa hidup rukun dan saling membantu sesuai dengan falsafah ‘Satu Tungku Tiga Batu’,” jelas Prof. Dr. (H.C.) K. H. Ma'ruf Amin.

(rd/hn/um)

Share this post

Sign in to leave a comment