Sempat Viral, Wamendikdasmen Sebut Alasan Siswa SMA Tidak Bisa Matematika

6 November 2024 - 12:00 WIB
RRI

Tribratanews.tribratanews.com - Jakarta. Sebuah video yang viral di media sosial, memperlihatkan siswa SMA kesulitan menjawab pertanyaan guru mengenai perhitungan matematika dasar. Beberapa murid salah menjawab pertanyaan hasil dari pembagian seperti 12: 3, kemudian dijawab dengan ragu angka dua dan diralat jawabannya angka tiga.

Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Prof. Atip Latipulhayat, S.H., M.H., Ph.D., memberikan tanggapan atas fenomena tersebut. Menurutnya, kondisi semacam itu merupakan fenomena gunung es pendidikan di Indonesia.

"Ini bisa jadi semacam fenomena gunung es. Bukan hanya video viral karena saya kunjungan ke SMA di Tasikmalaya, dan hal sama disampaikan guru," ujarnya, dilansir dari laman RRI, Selasa (05/11/24).

Dalam kunjungan ke sekolah di Tasikmalaya Jawa Barat, dirinya mengumpulkan siswa SMP di lapangan. Wamen meminta siswa yang tidak menyukai matematika agar angkat tangan dan hasilnya, 50 persen siswa mengangkat tangan.

Artinya 50 persen siswa di sekolah itu tidak suka atau membenci pelajaran matematika. Kemudian kunjungan dilakukan di salah satu SMA negeri favorit di Tasikamalaya, rupanya ada 20 persen siswa di sekolah tersebut tidak menyukai matematika.

"Ini ada sesuatu mereka tidak menyukai pelajaran matematika. Padahal matematika bagian dari kehidupan," ujarnya.

Menurutnya ada dua penyebab siswa tidak menyukai matematika. Pertama, metode pembelajaran yang diberikan guru kepada murid tidak menarik.

Bahkan ada stigma di kalangan siswa, matematika adalah pelajaran yang 'menakutkan' dengan guru yang tidak menyenangkan. "Metode pembelajaran yang tidak menarik sehingga menyebabkan matematika paling dibenci," ujarnya.

Selanjutnya, ia mengatakan faktor kedua, kualitas guru matematika karena selama ini guru disibukan dengan beban administratif. Alhasil, subtansi ilmu diabaikan karena guru cenderung lebih takut dengan sanksi.

"Saya merenung, ini kualitas guru dan penguasaan karena penyebabnya guru sibuk dengan beban administrasi. Sehingga subtansi ilmu tidak dihiraukan karena takut sanksi administratif," jelasnya.

Oleh sebab itu, ini menjadi perhatian Presiden Prabowo Subianto dengan penguatan literasi dan saintek (Sains san teknologi). Presiden ingin saintek diperkenalkan sejak dini dengan metode pengajaran dengan pendekatan teknologi misal memakai animasi sehingga lebih menyenangkan.

"Beliau ingin penguatan literasi dan pembelajaran saintek agar siswa punya kemampuan literasi baik dan saintek bagus. Presiden ingin saintek dimulai sejak SD dengan aminasi agar siswa riang gembira, tidak dihantui sehingga siswa suka," jelasnya.

Adapun peningkatan kualitas guru, Kementerian Dikdasmen akan merancang program pelatihan untuk guru sehingga guru terbebas dari beban administratif. Berdasarkan data yang diterimanya, guru jarang mengikuti pelatihan sehingga metode mengajar tidak berkembang

(fa/pr/nm)

Share this post

Sign in to leave a comment