www.tribratanews.com - Jakarta. katan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Jakarta Raya dan Polda Metro Jaya mengadakan diskusi tentang “Sinergi Kepolisian dan Media TV untuk Menciptakan Tayangan yang Sehat” di Gedung Promoter Polda Metro Jaya.
Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol. Mohammad Fadil Imran dalam pertemuan itu menegaskan Media dan polisi sebagai pengawal peradaban atau social engineering yang harus mampu menciptakan peradaban masyarakat Indonesia yang naik kelas seperti negara-negara demokrasi yang lebih maju.
"Kami punya kepentingan bagaimana supaya proses demokrasi berjalan dengan baik (di Indonesia)," terangnya.
Pengurus IJTI Jakarta Raya yang hadir dalam diskusi tersebut antara lain Feby Budi Prasetyo (Ketua), Hazmi Fitriyasa (Wakil Ketua), Kennorton Hutasoit (Sekretaris), Denny Batubara (Bendahara), dan jajaran pengurus lainnya dari berbagai media televisi.
Diskusi antara para jurnalis dan Kapolda berlangsung interaktif. Kapolda dalam paparannya menjawa pertanyaan para jurnalis menjelaskan Polisi sebagai salah satu social engineering ingin tampil di media sebagai polisi yang menjalankan tugas pencegahan dan penindakan secara professional.
“Polisi yang diberitakan membentak-bentak warga, kesan arogan, itu tidak professional. Saya berharap yang ditampilkan itu, polisi yang bekerja profesional, ketika menangkap pelaku kasus narkoba, misalnya, polisi bisa melakukan tes urine di tempat, jadi tidak perlu debat di lapangan, cukup buktikan dengan hasil tes urine terbukti positif,” ujar Kapolda.
Polda Metro Jaya telah menyediakan berbagai peralatan dan teknologi untuk pencegahan dan pengintaian terhadap pelaku kejahatan atau kriminal. Setiap sudut Ibu Kota Jakarta tersedia kamera dan teknologi face recognition, menurut Kapolda, akan membuat setiap orang pelaku kejahatan tidak bisa sembunyi. Kapolda menggambarkan berita yang seharusnya disuguhkan kepada publik adalah berita yang dibuat dengan hati.
Polisi punya kamera dan punya teknologi face recognition. kamu (pelaku kejahatan) tidak bisa sembunyi. Ini adalah segi tiga indah, media, cerita, dan cinta. Jika cerita itu kita buat dengan hati, insyaallah masyarakat akan melihat dengan hati pula. Tentu saja semua karya yang dibuat dengan hati pasti akan menghasilkan sesuatu yang dapat diterima akal sehat," pungkas Kapolda.
Pada kesempatan itu, Sekretaris IJTI Jakarta Raya Kennorton Hutasoit (Metro TV) mengatakan kemerdekaan pers yang professional menghormati kemerdekaan polisi dalam menjalankan tugasnya.
“Pers hadir untuk pemenuhan kebebasan berekspresi dan hak informasi sebagai hak asasi dan kebutuhan pokok warga negara. Polisi hadir untuk menjamin keamanan dan ketertiban masyarakat. Pers dan polisi yang professional sama-sama bertujuan untuk memajukan demokrasi,” pungkasnya.