Menggangu Aktivitas Warga, BMKG Prakirakan Suhu Dingin Terjadi hingga September 2024

14 August 2024 - 09:59 WIB
RRI

Tribratanews.tribratanews.com - Jakarta. Warga Tulungagung, Ashad, mengeluhkan udara dingin yang sudah terjadi dalam tiga minggu terakhir ini. Menurutnya, udara dingin sampai menusuk tulang tersebut biasanya terjadi mulai pukul 16:00 WIB sampai dini hari.

"Udara dingin seperti ini sudah sangat menganggu aktivitas masyarakat mulai petang hingga malam hari. Banyak yang lebih memilih menutup pintu dan berdiam di rumah sejak sore akhir-akhir ini,", ujarnya, dilansir dari laman RRI, Selasa (13/8/24).

Hal sama juga dikeluhkan Juna, Warga Cilacap, Jawa Tengah. Dia juga merasakan hal yang sama dengan Ashad, bahkan cuaca dingin tersebut terjadi sampai pukul 3 dini hari.

"Saya berharap cuaca dingin ini segera berakhir, karena sudah banyak juga warga yang terganggu kesehatannya. Mungkin karena cuaca yang berubah ekstrem dari siang hari panas banget, dan malamnya dingin sekali,” jelasnya.

Baca Juga: Laga Pramusim, Bayern Munchen Berhasil Hajar WSG Tirol 3-0

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca dingin atau fenomena 'bediding' akan terjadi sampai September 2024. Bediding masih akan terjadi di sejumlah wilayah Indonesia, terutama di dataran tinggi.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan, fenomena suhu dingin terjadi menjelang puncak musim kemarau di bulan Juli-Agustus. Bahkan, kemungkinan terjadi sampai September 2024 atau menjelang musim hujan pada awal Oktober 2024.

Menurut dia, kondisi ini disebabkan oleh angin monsun Australia yang bertiup menuju Benua Asia melewati wilayah Indonesia dan perairan Samudera Hindia. Di mana angin tersebut membuat suhu permukaan laut juga relatif lebih rendah atau dingin.

"Pada siang hari sekitar pukul 14:00 WIB akan mencapai titik maksimumnya, yakni terasa panas terik. Sedangkan, pada malam hari pukul 2 dini hari suhu akan mencapai titik minimumnya," jelasnya.

Selanjutnya, ia mengungkapkan fenomena ini bisa dikatakan wajar, karena terjadi pada setiap peralihan musim kemarau ke penghujan. Bahkan, di sejumlah dataran tinggi suhunya bisa mencapai 10 derajat Celcius.

“Daerah dataran tinggi atau pegunungan cenderung lebih dingin karena tekanan udara dan kelembaban yang lebih rendah. Meskipun masyarakat mengeluhkan lebih dingin, tapi ini sebenarnya fenomena umum dan bukan kondisi suhu atau cuaca ekstrem,” ujarnya.

Diakhir kesempatan ia menyarankan agar masyarakat menjaga kondisi tubuh, karena perubahan cuaca yang terik di siang menjadi dingin di malam hari berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan. Sementara, para petani juga diminta waspada, karena cuaca dingin tersebut dapat menyebabkan embun es yang bisa merusak tanaman hortikultura.

(fa/hn/nm)

Share this post

Sign in to leave a comment