Tribratanews.tribratanews.com - Jakarta. Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo memaparkan jika Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif Indonesia terus meningkat.
Di 2011, poin indeks sebesar 4,79. Lalu 5,42 di 2015, 5,54 di 2020, dan 6,00 di 2021. Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif sendiri merupakan alat untuk mengukur dan memantau sejauh mana tingkat inklusivitas pembangunan Indonesia baik pada level nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
Baca juga : Menteri Airlangga Sebut Ada Peran Signifikan Polri dalam Pengendalian Inflasi
"Dan untuk terus membangun ekonomi berkelanjutan, ada empat poin yang ingin saya terus ingatkan. Satu, fokus pada masa kini dan masa depan. Kedua, kesadaran atas keterbatasan data dukung sumber daya alam, kemudian menitikberatkan keseimbangan lingkungan dan ekosistem, dan terakhir berorientasi jangka panjang," ujar Ketua MPR Bamsoet di Rapim Polri-TNI di Jakarta pada Rabu (8/2/2023).
Saat ini, ada lima sumber daya alam di Indonesia, yaitu nikel, batu bara, emas, tembaga, dan gas alam. Untuk nikel, 37,04% nikel di dunia berada di Indonesia dan ada 90% cadangan nikel.
Untuk batu bara, terdapat cadangannya mencapai 31,69 miliar ton di Indonesia. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai produsen batu bara terbesar kedua di dunia. "Untuk emas, Indonesia memproduksi 100,9 ton sehingga menjadi penghasil emas terbesar nomor enam di dunia," ujar Ketua MPR Bamsoet.
Lalu tembaga, Indonesia menjadi negara peringkat ke-7 dengan cadangan tembaga terbesar di dunia, lantaran memiliki cadangan sumber daya tembaga hingga 28 miliar metrik ton. "Dan gas alam, jumlah cadangan mencapai 103,35 triliun kaki kubik per-hari dan ini membuat Indonesia berada di urutan ke-13 yang memiliki cadangan gas alam terbesar di dunia," ujar Ketua MPR Bamsoet.
(ndt/af/hn/um)