Integrasi Data Untuk Road Safety

15 May 2020 - 14:04 WIB
Hal yang paling mendasar dalam mengimplementasikan IT for road safety adalah adanya data yang terintegrasi. Data apa yang diintegrasikan, dimana tempat untuk mengintegrasikan, bagaimana cara mengintegrasikan, siapa yang mengintegrasikan bagaimana mengintegrasikannya? Menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut diperlukan cara berpikir sbb :
  1. Menggolong golongkan atau membuat kategori dengan mempetakan untuk menjabarkan basis area atau lokasi yang dihubung hubungkan dengan apa yang menjadi variabel dasar road safety :
  2. Jalan yang berkeselamatan yang dikategorikan dalam SSC (safety and security centre) yang akan menjabarkan system-sistem inputing data jalan yang berkaitan dengan :  trouble spot maupun hot spot / black spot,
  3. Kendaraan yang berkeselamatan yang dikategorikan dalam ERI (electronic registration amd identification) yang dikaitkan dengan sistem obu/ on board unit pada kendaraan bermotor dan sistem ANPR ( automqtic number plates recognation)
  4. Pengguna jalan yang berkeselamatan yang dikategorikan dalam SDC (safety driving centre) yang berisi sistem datq pendidikan keselamatan/ sekolah mengemudi, sistem uji sim dan sistem penerbitan sim.
  5. Penanganan permasalahan atau kejadian kecelakaan yang dikategorikan dalam intan (intellegence traffic analysis) .
Ke 5 hal tersebut dibuat dalam pengkategorian yang berbasis  geografi untuk dapat digambarkan dalam bentuk model visual yang saling berhubungan satu dengan lainnya memerlukan sistem inputing data secara a. manual : data yang diinput dari petugas-petugas lapangan dengan isian tabel, gambar atau film, suara maupun data yang diinput dari sistem tanda atau koding dari ktp, stnk, tnkb atau dari kamera-kamera portable yang dipasang pada lokasi-lokasi tertentu. Data yang terinput tersebut dikirim ke sistem penampung data dalam back office
  1. Secara mobile yang merupakan inputing data dari camera yang dipasang pada kendaraan bermotor untuk menginput 4 variabel dasar road safety
  2. Secara otomatik aplikasi penginput data (kamera, aplikasi penangkap signal dari obu atau on board unit yang dipasang pada kendaraan bermotor atau anpr dari tnkb dsb) yang dipasang pada titik-titik atau ruas jalan tertentu. Apa yang ditangkap dari aplikasi tersebut dikirim ke pusat data yang berada di back office.
Dari inputing data pada pusat data dirinci dan dikategorikan sehingga dapat ditunjukkan melalui peta yang dibuat seperti layer peta bertingkat tingkat sesuai dengan pengkategorian dalam pemetaan.
  1. Menghubung hubungkan dari data yang telah masuk ke pusat data yang dibantu sistem aplikasi untuk membuat model yang holistik atau sistemik dan dapat ditunjukkan dalam bentuk gambar pemetaan yang merupakan model-model dasar untk dianalisa. Dari sistem data yang dihubung hubungkan tersebut dapat mendukung model data dalam traffic attitude record maupun tax and insurance record yang akan dikaitkan dalam merit system.
  2. Melakukan analisa dari model pemetaan yang telah dihubung hubungkan untuk menghasilkan sebuah pola atau patern untuk mendukung : 1. manajemen kebutuhan, 2. Manajemen kapasitas, 3. Manajemen prioritas, 4. Manajemen kecepatan dan 5. Manajemen emergency.
Dari pola kerja sistem data yang terintegrasi akan terbangun sistem big data yang mampu untuk menjadi pusat K3I ( komunikasi, koordinasi, komando dan pengendalian serta sistem informasi ) yang mampu menghasilkan pelayanan kepada publik yang prima yang mampu untuk memprediksi mengantisipasi dan memberikan solusi dalam one gate service untuk :
  1. Pelayanan keamanan
  2. Pelayanan keselamatan
  3. Pelayanan hukum
  4. Pelayanan administrasi
  5. Pelayanan informasi
  6. Pelayanan kemanusiaan
Bentuk pelayanan publik yang prima ( cepat tepat akurat transparan akuntabel informatif dan mudah diakses ) dapat diwujudkan dalam skenario atau model simulasi yang dapat dikategorikan dalam  scenario road safety model solution (SRSMS) yang dikelola dalam smart manajemen yang diawaki petugas polisi siber (cyber cops). Sistem data road safety yang terintegrasi diharapkan mampu untuk : 1.  Mewujudkan lalu lintas yang memenuhi standar aman selamat tertib dan lancar yaitu jarak tempuh dan waktu tempuh ada standar ideal dan penangangan terhadap kecepatan minimal maupun maksimal dapat dimanage 2. Meningkatnya kualitas keselamatan dan menurunnya tingkat fatalitas korban kecelakaan yang ditunjukkan dari produk integrasi data yang mampu untuk memprediksi trend kemungkinan terjadinya masalah2 lalu lintas yang mampu untuk diantisipasi sebagai solusinya 3.Membangun budaya tertib berlalu lintas. Budaya tertib dihasilkan dari tiga kategori yaitu adanya : a.  kesadaran, kepekaan kepedulian dan tanggung jawab, b. Tidak adanya peluang atau kecil sekali kesempatan para pengguna jalan untuk melakukan penyimpangan krn terbangun infrastruktur dengan system-sistem pendukungnya, c. Adanya efek jera atau ketakutan krn sistem penegakkan hukum yang dilakukan secara manual semi elektronik dan elektronik. 4. Adanya pelayanan2 publik yang prima yang berbasis data sehingga sistem informasi dan komunikasi yang on time dan real time yang mampu memberikan solusi-solusi cepat tepat akuran transparan akuntabel informatif dan mudah diakses. Sistem integrasi data berbasis pemetaan berbasis geografi untuk mendukung implementasi IT for road safety merupakan kebutuhan dasar yang mau tidak mau harus dibangun sebagai dasar implementasi E policing ( pemolisian di era digital) pada fungsi lalu lintas. (La/Sw/Hy) Catatan : Chryshnanda DL

Share this post

Sign in to leave a comment