Tribratanews.tribratanews.com - Jakarta. Di hari Bhayangkara ke-76, ada statemen Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Komjen Pol. Dr. Gatot Eddy Promono MSi, yang sangat menarik dan reflektif.
Kata Wakapolri, "Polri berbeda dengan partai politik (Parpol) dan pejabat politik yang menjadikan opini publik sebagai acuan utama dalam bekerja. Bagi parpol dan pejabat politik, opini masyarakat dan pemberitaan media sangat penting, karena akan mempengaruhi popularitas dan elektabilitas."
Mengapa statemen ini reflektif, karena bertepatan dengan Ulang Tahun Polri yang ke-76. Nampak sekali, Polri sudah semakin dewasa dan semakin kaya pengalaman.
Polisi Indonesia, adalah polisi di negara demokrasi terbesar ketiga di dunia. Dalam negara demokrasi, Polisi harus teguh dengan konstitusi dan hukum seperti dikatakan oleh Wakapolri.
Tanpa pegangan kuat pada konstitusi itu, Polri tak akan bisa menjadi "wasit" dalam pertarungan politik. Dan sejarah politik Indonesia sejak reformasi 1998 tak selalu lurus dan mulus.
Elite politik yang bertarung demi pemenangan elektoral dan konstituensi, akan selalu mencoba menarik-narik, mereka yang memiliki power. Polri memiliki dua power sekaligus, memiliki senjata dan hukum. Keduanya, bisa menjadi alat penekan.
Beruntung, para Bhayangkara negara berada di tengah. Ini sudah terbukti dan teruji dalam lima kali pemilu sejak reformasi 1998 yang empat kali diantaranya, pemilihan Presiden secara langsung.
Godaan politik, tak dihiraukan Polri teguh berdiri, menjadi pengawal pesta demokrasi itu. Termasuk dalam Pemilu dan Pilpres 2019 yang dinilai paling berat karena ada dua kubu saling berseteru.
Pengelolaan konflik politik, yang tak baik di beberapa negara terbukti menjadi faktor kegagalan negara. Suriah dan negara di Timur Tengah adalah contoh nyata, konflik politik telah membuat rakyatnya begitu menderita.
Karena pengalaman ini, Polri semakin antisipatif. Menghadapi Pemilu 2024, Polri sudah mengantisipasi ancaman polarisasi ada pertarungan dua kubu di masyarakat. Antisipasi ini bukan isapan jempol, ini terbukti survey Litbang Kompas belum lama ini memuat ancaman polarisasi masih tinggi.
Residu demokrasi, berupa polarisasi harus disingkirkan. Polri pun secara khusus seperti disampaikan Kadivhumas Irjen Pol. Dedi Prasetyo telah menyiapkan satuan tugas, sebagai antispasi.
Sekali lagi menghadapi potensi gangguan dan ancaman Polri sudah sedemikian maju. Kaidah ilmiah yang terukur menjadi dasar bertindaknya Bhayangkara Negara. Dengan cara ini, ada keyakinan kuat, betapa Polri semakin dewasa di usia ke-76 tahun.
Karena kekuatan Polri, bukan sekedar untuk institusi. Prestasi Bhayangkara menjadi faktor pengikat persatuan nusantara, semoga yang sudah dilakukan insan Polisi Indonesia menjadi kerja bersama semua anak bangsa yang mendambakan negeri ini tetap aman dan damai. Dirgahayu Kepolisian Republik Indonesia.
HUT Polri dan Tahun Politik
Oleh Marbawi, Pengamat Politik dan Pemerintahan.
2 July 2022 - 20:21
WIB
in
Nasional
Sign in to leave a comment