Tribratanews.tribratanews.com - Tangerang. Terkait informasi sejumlah anak-anak yang melakukan cuci darah. Dinas Kesehatan Kota Tangerang memastikan tidak ada lonjakan kasus gagal ginjal.
"Secara nasional pun tidak ada lonjakan kasus gagal ginjal yang signifikan. Namun, masyarakat perlu paham apa itu cuci darah dan mengapa banyak anak melakukan cuci darah,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, dr Dini Anggraeni, dilansir dari laman Antaranews, Selasa (30/7/24).
Dalam keterangannya ia menjelaskan cuci darah atau hemodialisis adalah prosedur perawatan yang menyaring limbah dan cairan dari darah, mirip dengan fungsi ginjal.
"Selain menyaring dan mengeluarkan racun di tubuh, hemodialisis juga membantu menyeimbangkan mineral penting seperti kalsium, kalium dan natrium serta mengontrol tekanan darah. Prosedur ini diperlukan bagi pasien yang menderita penyakit jantung kronis atau gagal ginjal,” jelasnya.
Cuci darah ditujukan untuk mencegah penumpukan racun dalam tubuh akibat kerusakan ginjal. Ini direkomendasikan untuk pasien dengan gagal ginjal kronis atau ketika fungsi menurun hingga 15 persen.
"Tujuan cuci darah membantu ginjal menjalankan fungsinya dalam tubuh. Jika pasien gagal ginjal tidak menjalani transplantasi, prosedur ini perlu dilakukan secara rutin. Namun, kerusakan ginjal juga dapat dicegah, dengan melakukan skrining fungsi ginjal sebelum terlambat, " jelasnya.
Sementara itu penyebab anak-anak melakukan cuci darah karena beberapa faktor di antaranya Diabetes Tipe 1 yakni kondisi autoimun yang menyerang sel-sel pankreas yang memproduksi insulin. "Kadar gula darah menjadi sangat tinggi, dan merusak ginjal akhirnya gagal ginjal," ujarnya.
Lalu Glumerulonefritis yakni unit penyaring kecil di ginjal, mengalami peradangan. "Ini dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang signifikan dan memerlukan cuci darah," ungkapnya.
Penyebab lain adalah Sindrom Nefrotik yakni ketika ginjal mengeluarkan terlalu banyak protein ke dalam urine. Infeksi Ginjal Kronis yakni infeksi ginjal yang berulang atau kronis dapat merusak jaringan ginjal dan mengurangi fungsinya seiring waktu.
Kelahiran Prematur, obesitas, konsumsi gula berlebihan, hipertensi, cacat lahir pada ginjal, gangguan metabolik, Polycystic Kidney Disease (PKD) atau kista di ginjal hingga obstruksi saluran kemih.
(fa/hn/nm)