Tribratanews.tribratanews.com - Papua. Tinus Janwarin, salah satu dari 15 pekerja pembangunan puskesmas, di Distrik Paro, Kabupaten Nduga yang dievakuasi Satgas Damai Cartenz mengaku masih trauma. Ia saat itu diselamatkan setelah mendapat intimidasi kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya.
Tinus bercerita ia mendapat intimidasi dari KKB setiap harinya selama membangun puskesmas. Tak hanya teror, KKB juga memeriksa serta membakar barang pribadinya.
Baca Juga: Binmas Noken Terus Ajarkan Anak-Anak di Jayawijaya
"Ketika kami sampai di rumah yang kami tempati sementara, barang-barang diperiksa, barang yang tidak penting juga dibakar oleh mereka. Identitas kami juga disita, dan pada malamnya baru dikembalikan," ujar Tinus di kediamannya di Timika, pada Rabu (8/3/2023).
Selain itu, masyarakat setempat juga memberitahu kontraktor dan kepala tukang (mandor) agar tidak boleh keluar di malam hari. "Hanya boleh di tempat tinggal dan di tempat kerja juga. Boleh bekerja kalau sudah diperintahkan oleh mereka (KKB)," ungkap Tinus.
Mengetahui ada ancaman tersebut, para pekerja pun ketakutan. Bahkan belum bisa melakukan pekerjaan pembangunan puskesmas, sebelum ada keputusan dari KKB.
"Bapak tukang bilang jangan keluar duduk di rumah, habis mereka bikin adat kita bisa kerja atau tidak, demi kita keselamatan jangan keluar," ungkapnya.
Ia juga menceritakan pada pengerjaan tahap dua di Februari 2023 untuk menyelesaikan pembangunan puskesmas, Egianus juga kembali marah. Tidak hanya kepada para pekerja, namun juga masyarakat di Distrik Paro.
"Februari saat kami kerja setahu saya yang kedua kali itu sempat dia (Egianus) punya HP atau HT hilang. Kami disuruh pulang dan masyarakat semua disuruh mencari barang yang hilang," jelas Tinus.
Akhirnya, para pekerja dibantu diungsikan ke balai desa. Mereka diminta untuk meninggalkan Paro setelah adanya kesepakatan antara kontraktor dengan pihak KKB yang dimediasi oleh tokoh setempat.
"Dapat informasi dari mandor dan pemborong, mereka rapat kami tidak tahu apa yang dibicarakan. Dikasih waktu dua hari untuk tinggalkan Paro jalan ke Kenyam, jalan lewat hutan, bapak kontraktor bayar material, sudah dibayar, Senin kami jalan," jelas Tinus.
Masyarakat Paro juga merasa ketakutan dan ikut mengungsi ke dalam hutan. Selama perjalanan tiga hari pada 6-8 Februari, belasan pekerja pun berhasil dievakuasi oleh TNI-Polri menggunakan helikopter.
"Saya lega saat mendengar helikopter dan pada saat di helikopter kami baru tahu kita sudah selamat. Ada bapak Kapolres Nduga yang menyelamatkan kita dengan TNI evakuasi kita sampai Timika," jelasnya.
(ndt/hn/um)