BPET MUI Mengusulkan Pemetaan Masjid guna Mengantisipasi Aktivitas Radikalisme

3 February 2022 - 11:04 WIB
www.tribratanews.com - Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme Majelis Ulama Indonesia (BPET MUI) mengusulkan perlunya pemetaan masjid.


Pemetaan ini sebagai antisipasi terhadap oknum yang menyalahgunakan tempat ibadah untuk aktivitas radikalisme, intoleransi dan terorisme.


Usulan tersebut bukan tanpa alasan, sebab ada data dan fakta beberapa tempat ibadah jadi pemupukan pemikiran ekstrimisme, intoleransi, dan juga radikalisme. Karena itu BPET MUI menilai jika itu berkembang bisa membahayakan bagi masa depan umat dan bangsa Indonesia.


Usulan tersebut mendapatkan polemik, pro kontra. Bagi yang setuju, jelas pemetaan itu penting. Faktanya sebagian masyarakat merasakan fenomena yang disampaikan BPET MUI.


Namun bagi yang menolak, langsung menyerang dan menuding pemerintah. Mereka anggap MUI bersama pemerintah ingin membatasi tempat ibadah kaum muslim. Padahal hingga kini, umat Islam tetap bebas melaksanakan kegiatan beribadah, tempat majelis taklim tetap ramai, bahkan masjid terus tumbuh dan berkembang.


Analisa dan data yang dimiliki BPET MUI bukanlah bentuk teori konspiratif dan juga bukan lahir dari sejarah yang kosong. Di internal sejarah umat Islam pernah terjadi kekerasan dan bahkan pembunuhan terhadap tokoh amirul mukminin Ali Bin Abi Thalib.


Ali bin Abi Thalib ditusuk dan ditebas dengan pedang saat hendak melakukan sholat di masjid. Penusuk dan penebas itu juga seorang muslim yang taat yakni Abdurrahman bin Muljam. Mengapa tindakan tersebut terjadi?


Tindakan Ibnu Muljam inilah yang menjadi awal mula adanya kekerasan diinternal umat Islam. Bahkan tindakan tersebut dilegitimasi melalui serangkaian argumentasi teologis.


Ibnu Muljam saat itu berpandangan Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam menjalankan pemerintahannya tidak sesuai dengan Al-Quran dan Hadits. Menantu Nabi Muhammad SAW ini dinilai menyeleweng dari hukum Islam.


Pandangan Ibnu Muljam ini merupakan representasi umat yang saat itu tak mempercayai kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Lalu Ibnu Muljam bersama kelompok dan golongannya menyatakan diri keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib.
Belakangan kelompok dan golongan ini disebut sebagai kelompok khawarij.


Kelompok khawarij ini saat membunuh Ali bin Abi Thalib mengklaim tindakannya atas penegakan hukum Allah. Karena itu tindakannya dianggap bukan tindakan yang salah dan tidak berdosa.


Kelompok khawarij ini kemudian memperkuat argumentasi tindakan konyol tersebut dengan cara membajak ayat alquran sesuai tafsir kelompoknya.


Kelompok khawarij dan pemikirannya ini yang kini menjadi akar teologi kekerasan diinternal umat Islam. Mereka merasa sah melakukan kekerasan dan pembunuhan kepada umat Islam.yang dianggap tidak sejalan dengan keyakinannya.


Kelompok khawarij ini memanfaatkan beragam sarana termasuk masjid dan mushola untuk menyebarkan pemikiran dan keyakinannya. Bagi mereka kelompoknya saja yang paling benar, lainnya salah.


Akar khawarij ini juga yang saat ini menjadi pemantik munculnya pemikiran dan tindakan intoleransi, ekstremisme, radikalisme dan terorisme. Kita lihat, korban-korban tindakan mereka adalah umat Islam sendiri, bukan orang lain.


Karena itu tindakan BPET MUI yang mengusulkan adanya pemetaan masjid merupakan tindakan antisipatif terhadap keamanan umat Islam sendiri. MUI memandang ada kelompok khawarif yang telah bermetamorfosis secara modern dan siap membajak masjid. Mereka bergerak dengan argumentasi teologis dan tafsir ayat suci sesuai kelompok dan golongannya.


Mereka bahkan tak segan mengangkat senjata untuk memberontak melawan pemerintahan yang konstitusional. Pemberontakan tersebut dilakukan sebagaimana Ibnu Muljam dan kelompoknya terhadap kekhalifahan Ali bin Abi Thalib.


Kesadaran adanya kelompok pengguna kekerasan atas nama agama datang dari lembaga seperti MUI. Karena ini sudah lama menjadi keprihatinan Polri.


Dalam konteks kekinian, kelompok inilah yang paling terganggu dengan kinerja aparat Polri dan TNI yang tetap teguh sebagai bhayangkara negara. Mereka ini kerap melontarkan ide pembubaran Densus 88 Anti Teror Polri, karena penegak hukum menjadi batu sandungan cita-cita mereka atas Indonesia.

Share this post

Sign in to leave a comment