Tribratanews.tribratanews.com - Jakarta. Lemak trans atau asam lemak trans merupakan jenis lemak tak jenuh yang tidak sehat. Lemak trans ada yang berasal dari produk alam dan industrial. Mengutip Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 278.000 kematian secara global setiap tahun disebabkan oleh asupan lemak trans industrial.
Lemak trans yang diproduksi secara industrial dapat ditemukan dalam margarin, mentega nabati, makanan yang digoreng, dan makanan yang dipanggang, seperti krupuk, kripik, biskuit, dan pai. Makanan kaki lima maupun restoran yang dipanggang dan digoreng sering kali mengandung lemak trans yang diproduksi secara industri. Sumber lemak trans secara alami ada pada daging dan susu dari hewan ruminansia (misalnya sapi, domba, kambing).
Baik lemak trans yang diproduksi secara industri maupun alami sama-sama berbahaya. Rekomendasi WHO untuk orang dewasa adalah membatasi konsumsi lemak trans kurang dari satu persen dari total asupan energi, yaitu kurang dari 2,2 gram per hari untuk diet 2.000 kalori. Artikel ini akan menunjukkan macam bahaya dari mengonsumsi lemak trans bagi kesehatan tubuh kita.
Dilansir dari National Library of Medicine, lemak trans meningkatkan risiko kurangnya asupan vitamin E dan asam lemak esensial. Itu dapat menyebabkan penurunan kolesterol baik (kolesterol lipoprotein densitas tinggi/HDL), sementara meningkatkan kolesterol jahat (kolesterol lipoprotein densitas rendah/LDL) dan trigliserida.
Hal tersebut meningkatkan berbagai risiko kesehatan sebagai berikut, Penyakit kardiovaskular, Kanker tertentu, Gangguan kehamilan, Diabetes, hingga Obesitas.
Melansir dari WebMD, seperti lemak jenuh atau lemak hewani, lemak trans berkontribusi terhadap penyumbatan pembuluh darah arteri. Arteri yang tersumbat adalah tanda penyakit kardiovaskular. Ini menyebabkan serangan jantung dan stroke. Cara kerjanya, lemak trans meningkatkan kadar kolesterol LDL yang bisa semakin menumpuk dan menyebabkan plak di arteri.
Melansir dari WebMD, seperti lemak jenuh atau lemak hewani, lemak trans berkontribusi terhadap penyumbatan pembuluh darah arteri. Arteri yang tersumbat adalah tanda penyakit kardiovaskular. Ini menyebabkan serangan jantung dan stroke. Cara kerjanya, lemak trans meningkatkan kadar kolesterol LDL yang bisa semakin menumpuk dan menyebabkan plak di arteri.
Penelitian lain menunjukkan bahwa dampak lemak trans juga meningkatkan risiko diabetes. Para peneliti di Harvard School of Public Health di Boston berpendapat bahwa mengganti lemak trans dalam makanan dengan lemak tak jenuh ganda (seperti minyak nabati, salmon, dan semacamnya) dapat mengurangi risiko diabetes sebanyak 40 persen.
Melansir dari Cleveland Clinic, ada para peneliti lain menghubungkan asupan lemak trans dengan peningkatan risiko kanker jenis tertentu, seperti prostat dan kolorektal. Sementara, asupan lemak trans selama kehamilan mungkin bisa menyebabkan berat badan lahir rendah pada bayi.
Untuk diketahui bahwa lemak trans yang diproduksi secara industri dapat dihilangkan dan diganti dengan lemak atau minyak yang lebih sehat tanpa mengubah biaya, rasa, atau ketersediaan makanan.
(sy/pr/nm)