Tribratanews.tribratanews.com - Jakarta. Sebuah studi terbaru mengungkap hubungan antara perubahan iklim di masa lampau dan penyusutan otak manusia. Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan Jeff Mogran Stibel dari Natural History Museum di California, Amerika Serikat.
Seperti dilansir dari laman Science Alert, Rabu (19/7/23), Stibel menggambarkan bagaimana manusia berkembang dan beradaptasi dalam merespons tekanan lingkungan.
"Mengingat tren pemanasan global, sangat penting untuk memahami dampak perubahan iklim, bila ada, pada ukuran otak manusia dan pada akhirnya perilaku manusia," jelas Stibel.
Penelitian tersebut mempelajari bagaimana ukuran otak dari 298 spesimen manusia berubah selama 50.000 tahun terakhir dalam kaitannya dengan suhu global, kelembapan, dan curah hujan.
Sementara ketika suhu lebih panas, rata-rata ukuran otak jadi lebih kecil dibanding saat lebih dingin. Kajian Stibel sebelumnya tentang penyusutan otak mendorong studi terbarunya ini karena dia ingin memahami akar penyebabnya.
"Memahami bagaimana otak telah berubah dari waktu ke waktu pada hominin sangat penting, namun sangat sedikit penelitian yang telah dilakukan mengenai hal ini," tuturnya.
"Kita tahu bahwa otak telah tumbuh pada seluruh spesies selama beberapa juta tahun terakhir, namun kita hanya tahu sedikit tentang tren makro evolusi lainnya," sambungnya.
Stibel memperoleh data tentang ukuran tengkorak dari 10 sumber terpisah yang sudah dipublikasikan, dengan total 373 pengukuran dari 298 tulang manusia selama 50.000 tahun.
Baca Juga: Ketahui Tanda Atau Gejala Awal Darah Tinggi
Ia kemudian memasukkan perkiraan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan wilayah geografis dan jenis kelamin untuk memperkirakan ukuran otak.
Stibel melakukan penelitiannya menggunakan empat rentang usia fosil yang berbeda, yaitu 100 tahun, 5.000 tahun, 10.000 tahun, dan 15.000 tahun untuk membantu mengoreksi kesalahan penanggalan.
Lalu membandingkan ukuran otak dengan empat catatan iklim, termasuk data dari European Project for Ice Coring in Antarctica (EPICA) Dome C.
Dalam 50.000 tahun terakhir, telah terjadi fenomena Glasial Maksimum Terakhir, yang menyebabkan suhu rata-rata menjadi lebih dingin secara konsisten hingga pengujung Zaman Pleistosen Akhir. Kemudian pada Zaman Holosen suhu rata-rata naik hingga hari ini.
Analisis menunjukkan pola umum perubahan ukuran otak manusia yang berkorelasi dengan perubahan iklim saat suhu naik dan turun. Rata-rata otak mengalami penyusutan yang cukup besar, yaitu lebih dari 10,7 persen, selama periode pemanasan Zaman Holosen.
"Perubahan ukuran otak tampaknya terjadi ribuan tahun setelah perubahan iklim dan ini terutama terlihat setelah Glasial Maksimum Terakhir, sekitar 17.000 tahun," terang Stibel dalam laporan penelitiannya.
Pola evolusi ini terjadi dalam periode waktu yang relatif singkat, mulai dari 5.000 hingga 17.000 tahun, dan tren menunjukkan bahwa pemanasan global yang sedang berlangsung dapat berdampak buruk pada kognisi manusia.
"Bahkan sedikit penyusutan otak manusia yang masih ada dapat berdampak pada fisiologi dengan cara yang belum sepenuhnya dapat dipahami," jelasnya.
(sy/hn/um)