Tribratanews.tribratanews.com - Berwisata atau traveling ke suatu tempat menjadi hobi banyak orang. Selain menyenangkan, penelitian menunjukkan traveling dapat menjaga otak dan tubuh kita lebih sehat seiring bertambahnya usia.
Global Coalition on Aging, sekelompok perusahaan di berbagai industri bekerja sama dengan Asosiasi Perjalanan AS, telah menerbitkan analisis yang dilakukannya terhadap literatur medis yang ada tentang hubungan traveling dan kesehatan.
Dilansir dari pmjnews, Minggu (9/7/23), sejumlah penelitian yang mereka soroti pun menunjukkan hubungan yang menarik antara liburan dan kesehatan fisik.
Traveling diketahui dapat menurunkan risiko serangan jantung dan kematian akibat penyakit koroner pada kelompok tertentu, sementara situasi baru dan kompleks yang dihadapi saat traveling juga dapat membantu menjaga otak tetap tajam.
"Tidak terlalu mengada-ada untuk membayangkan dokter meresepkan traveling untuk pasien mereka, karena manfaat ini semakin dihargai secara luas," jelas Michael Hodin, Direktur Eksekutif Global Coalition on Aging.
Baca Juga: Tingkatkan Kesadaran Masyarakat Tertib Berlalulintas, Korlantas Polri Siap Gelar Operasi Patuh 2023
"Itu menjadi kurang menyenangkan untuk dimiliki dan lebih menjadi hubungan yang perlu dimiliki," tambahnya.
Beberapa dekade yang lalu masyarakat tidak sepenuhnya memahami manfaat diet dan olahraga, kata Hodin, dan hal yang sama mungkin berlaku untuk traveling saat ini.
Sementara studi-studi ini berfokus pada orang-orang di lingkungan kerja, Nussbaum dan yang lainnya berpendapat bahwa hal baru dalam perjalanan terutama jenis yang melibatkan menavigasi sendiri lingkungan yang asing dapat meningkatkan kinerja otak.
Elderhostel, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Boston, menawarkan berbagai tingkat struktur dalam program perjalanan yang ditawarkannya, berganti nama dalam beberapa tahun terakhir dengan nama Road Scholar.
"Yang paling populer di kalangan boomer adalah opsi 'fleksibel' yang membagi hari menjadi dua, antara aktivitas kelompok terencana dan eksplorasi independen," ungkapnya.
Menavigasi medan asing bisa membuat stres, kata Bell, sehingga sering kali pemandu wisata akan membantu peserta mempelajari jalan mereka di tempat baru sebelum mereka pergi sendiri.
(ek/hn/um)