Penelitian di China Ungkap Korelasi Konsumsi Minum Manis dengan Kerontokan Rambut

3 February 2023 - 07:40 WIB
Antara

Tribratanews.tribratanews.com - Jakarta. Sebuah penelitian di China menemukan kemungkinan adanya korelasi antara tingginya konsumsi minuman manis dan kerontokan rambut di kalangan pria muda.

Tim peneliti dari Universitas Tsinghua menganalisis hasil survei terhadap 1.028 pria China dengan rata-rata usia 27,8 tahun. Sekitar 57,6 persen partisipan tersebut mengalami male pattern hair loss (MPHL).

Baca juga : Pejabat Gubernur DKI Minta Ibu Hamil Perhatikan Gizi

MPHL adalah bentuk kerontokan rambut yang paling umum di kalangan pria, mewakili sekitar 95 persen dari semua kasus kerontokan rambut yang dialami pria. Kerontokan rambut mengakibatkan penipisan dan/atau rontoknya rambut pada bagian depan atau atas kulit kepala. 

Minuman manis yang dijadikan sampel dalam survei adalah jus, minuman ringan, minuman olahraga dan energi, susu yang mengandung gula, susu kacang, teh yang mengandung gula dan minuman teh, serta kopi.

Dari seluruh partisipan tersebut, 44,6 persen di antaranya mengatakan mereka mengonsumsi minuman yang mengandung gula lebih dari tujuh kali dalam sepekan. 

Para peneliti menemukan bahwa partisipan dengan tingkat konsumsi minuman dengan kandungan gula yang lebih tinggi juga memiliki risiko lebih besar untuk mengalami MPHL. Rata-rata asupan mingguan minuman yang mengandung gula pada kelompok MPHL mencapai 4.293 mililiter, jauh lebih tinggi dari 2.513 mililiter yang tercatat di kelompok reguler.

Para peneliti mengungkapkan bahwa kadar gula yang lebih tinggi dapat menyebabkan konsentrasi glukosa serum yang lebih tinggi, menciptakan jalur poliol yang terlalu aktif.

Jalur ini dikenal sebagai tempat diubahnya glukosa menjadi fruktosa. Jika terlalu aktif, jalur tersebut dapat menyebabkan diabetes. 

Studi itu menyatakan bahwa gejala kerontokan rambut mengindikasikan "jalur poliol yang terlalu aktif." Hasil studi tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal Nutrients.

Studi-studi jangka panjang dan intervensi lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi dugaan keterkaitan yang ada saat ini, dan untuk memberikan informasi dalam studi tentang kesehatan. 

(ndt/af/hn/um)

Share this post

Sign in to leave a comment