Tribratanews.tribratanews.com - Jakarta. Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, Lie Khie Chen, Dr. dr., SpPD, K-PTI., dalam kesempatannya mengimbau masyarakat untuk mengonsumsi antibiotik sesuai dosis dan indikasi agar dapat mengurangi resistansi bakteri terhadap antibiotik.
“Penggunaan antibiotik secara berlebihan dan tidak sesuai indikasi sudah waktunya kita hentikan,” ujarnya, dilansir Antaranews, Jumat (10/11/23).
Ia menuturkan kebiasaan asal mengonsumsi antibiotik tanpa memperhatikan anjuran dokter membuat beberapa jenis bakteri menjadi semakin kebal terhadap efek antibiotik. Hal ini karena bakteri akan terus mencari cara guna beradaptasi dan bertahan hidup saat terpapar antibiotik.
Dokter yang menamatkan pendidikan dokter di Universitas Indonesia pada tahun 1994 ini, mengatakan beberapa adaptasi yang dilakukan bakteri adalah dengan menghasilkan enzim yang membuat antibiotik tidak bisa bekerja, mengeluarkan kembali antibiotik yang telah masuk ke tubuhnya, serta mengubah tempat kerja antibiotik pada tubuhnya sehingga zat tersebut tidak berefek.
Ia pun menuturkan bahwa terlalu sering mengonsumsi antibiotik serta menggunakan antibiotik tidak sesuai dosis dan indikasi juga dapat mematikan bakteri-bakteri berguna dalam tubuh manusia yang disebut mikroflora normal, sehingga tubuh lebih mudah terserang bakteri jahat.
“Penggunaan antibiotik bukan untuk indikasi infeksi menyebabkan semakin sering bakteri terpapar oleh antibiotik, sehingga bakteri-bakteri yang seharusnya menjadi pelindung kita. Justru mati dan bakteri yang kebal terhadap obat ini dengan leluasa menggandakan diri,” jelasnya.
Ia mengungkapkan pentingnya mendapatkan diagnosis yang tepat sebelum mengonsumsi antibiotik karena masing-masing obat memiliki spesifikasi kegunaan terhadap bakteri tertentu.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam ini juga menyoroti penggunaan antibiotik pada sektor non-medis, misalnya sebagai growth promoter di bidang peternakan, yang juga menjadi perhatian pemerintah agar dapat dikurangi penggunaannya.
“Jadi, jika antibiotik ini tidak perlu kita gunakan, jangan digunakan, karena itu akan merugikan dan berdampak pada kita,” ujarnya.
Ia mengatakan selama 10 tahun terakhir, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mencanangkan untuk menekan resistansi bakteri terhadap antibiotik karena diperkirakan 10 juta orang meninggal karena infeksi bakteri pada 2050.
Di akhir kesempatan ia mengajak para tenaga medis serta masyarakat luas untuk menyebarkan informasi mengenai penggunaan antibiotik yang tepat agar bakteri tidak kebal terhadap zat tersebut sehingga antibiotik masih dapat menjadi sarana penyembuhan yang efektif.
(fa/pr/nm)