Tribratanews.tribratanews.com - Jakarta. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi mengatakan perubahan iklim di 2024 memicu kenaikan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Sebelumnya, pada 2023, Indonesia berhasil menurunkan kasus DBD dari 143 ribu ke 115 ribu di 2022.
Oleh karena itu, Direktur Imran melihat, sistem diagnosis Dengue perlu ditingkatkan agar dapat mengetahui penyakit yang bersifat zoonosis serta yang disebabkan oleh lingkungan.
Baca Juga: Lusa, KPU Akan Tetapkan Prabowo-Gibran sebagai Pemenang Pilpres 2024
"Kita butuh deteksi, seperti yang Pak Menteri bilang, yang menyebut tentang rapid test, karena ini perlu didistribusikan di fasilitas kesehatan dasar kita, karena Dengue memiliki (konsekuensi) yang parah apabila telat ditangani," ujar Direktur Imran, Senin (22/4/24).
Dia juga mengatakan bahwa setelah COVID-19, gejala-gejala Dengue sudah tidak lagi berupa gejala klasik, sehingga perlu diwaspadai. Menurutnya, sekitar 50 persen kasus Dengue tidak memiliki gejala.
Ia menilai, perlu adanya sistem yang sensitif guna mendeteksi penyakit tersebut. Sistem tersebut harus dapat mendeteksi penyakit baik yang ditularkan melalui binatang atau disebabkan karena lingkungan, termasuk yang terdampak perubahan iklim.
"Perubahan iklim tak hanya membebani pelayanan kesehatan, karena membuat kasus semakin naik dan naik, tetapi kami juga menimbang bahwa perubahan iklim akan membebani sistem kesehatan. Sebagai contoh, kekeringan," ungkap Direktur Imran.
(ndt/hn/nm)