Ini Fakta Bakteri di Jajanan Latiao

7 November 2024 - 07:20 WIB
Ilustrasi

Tribratanews.tribratanews.com - Jakarta. Jajanan China Latiao kini dilarang di Indonesia. Camilan yang viral di media sosial itu disebut menyebabkan keracunan dengan gejala mual, muntah, hingga memerlukan perawatan lanjutan.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, Taruna Ikrar bahkan mewanti-wanti masyarakat terkait temuan bakteri di jajanan viral tersebut. Bakteri yang terdapat dalam Latiao ini disebut Bacelius cerius.

"Karena di dalamnya mengandung Bacelius cerius yang bisa menimbulkan toksin (racun)," ujar Taruna, Selasa (5/11/24).

Bacillus cerius merupakan organisme mikroskopis yang bisa melepaskan racun berbahaya. Menukil laman Cleveland Clinic, bakteri ini bisa menyebabkan keracunan makanan atau masalah kesehatan yang lebih serius.

Kebanyakan orang yang keracunan memang bisa pulih dalam waktu 24 jam. Tapi, risiko lebih tinggi bisa terjadi seperti komplikasi jika seseorang yang terpapar memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah atau terganggu.

Gejala biasanya muncul sekitar 1-6 jam setelah paparan bakteri. Gejala yang muncul umumnya meliputi mual, muntah, dan diare. Tak hanya masalah di pencernaan, keracunan akibat bakteri ini juga bisa memengaruhi anggota tubuh lain.

Melansir WebMD, Selasa (5/11/24), spora dari bakteri yang masuk ke dalam tubuh melalui luka yang terinfeksi atau menghirup udara yang terinfeksi bisa menyebabkan beberapa komplikasi berbahaya berikut:

- Abses otak;
- Selulitis;
- Endoftalmitis atau infeksi bakteri atau jamur di mata;
- Endokarditis;
- Pneumonia;
- Meningitis.

Komplikasi paling parah dari keracunan bakteri ini adalah endoftalmitis, yakni peradangan pada bagian dalam mata. Kondisi ini bisa memicu sejumlah gejala serius seperti berikut:

- Demam;
- Kelelahan pada mata;
- Sakit mata;
- Leukositosis atau jumlah sel darah putih tinggi;
- Penglihatan menurun;
- Mata merah;
- Ulkus kornea berbentuk cincin.

Dalam beberapa kasus, kondisi ini bahkan bisa mengancam jiwa. Pada dasarnya, bakteri ini ditemukan dalam banyak makanan. Hanya saja, bakteri ini lebih mudah ditemukan pada nasi atau makanan bertepung lainnya.

Pada makanan bertepung seperti keripik, bakteri bertahan dari proses pengeringan dengan menghasilkan spora yang resisten. Saat makanan direhidrasi dan dibiarkan pada suhu ruang selama beberapa jam, spora akan berkecambah dan menghasilkan racun yang membuat orang sakit.

(sy/hn/nm)

Share this post

Sign in to leave a comment