Tribratanews.tribratanews.com - Jakarta. Sejumlah penelitian mengungkap bahaya rokok elektrik atau vape. Bahkan di beberapa negara seperti Inggris, Jerman, Prancis hingga Selandia Baru penggunaannya mulai dilarang.
Ilmuwan memperingatkan kerusakan sistem kekebalan tubuh atau imunitas sebagai dampak dari vaping. Para ilmuwan menyebut vaping mengurangi aktivitas neutrofil tanpa memperhatikan nikotin mungkin memiliki efek kesehatan jangka panjang.
Dalam beberapa tahun terakhir, vape telah menjadi alternatif rasa rokok. Kini, sebuah penelitian baru mengungkapkan bahwa menghirup uap dari rokok elektrik dapat menghambat sel-sel kekebalan tubuh untuk berfungsi secara normal.
Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di University of Birmingham, Inggris ini menganalisis efek paparan langsung uap yang mengandung nikotin dan bebas nikotin pada sel, atau dikenal sebagai neutrofil.
Menurut penelitian, dalam tubuh yang sehat, neutrofil biasanya melindungi paru-paru dengan melakukan perjalanan dari darah ke area yang berpotensi mengalami kerusakan sebelum melakukan sejumlah tugas pencegahan.
Baca Juga: Inilah Beberapa Cara Mengatasi Panas Dalam yang Bisa Dilakukan Dirumah
"Rokok elektrik terbukti memiliki dampak yang lebih rendah untuk membantu perokok berhenti merokok, tapi data kami menambah bukti terkini bahwa rokok elektrik tidak berbahaya dan menyoroti perlunya mendanai penelitian jangka panjang pada pengguna vape," terang Profesor ilmu pernapasan di Birmingham University, Dr. Scott, dikutip dari PMJ News, Sabtu (16/9/23).
Para peneliti menganalisis 40 sampel dari orang-orang yang belum pernah merokok atau menggunakan vape. Kemudian, mereka memberikan 40 isapan vape tanpa rasa pada neutrofil yang berasal dari darah, yang menurut penelitian sebelumnya merupakan paparan harian yang minimal.
Para ilmuwan menemukan bahwa meskipun sel-sel tersebut masih hidup setelah terpapar uap rokok elektrik dalam waktu singkat dan dalam tingkat rendah.
Kendati demikian, tidak lagi dapat bergerak secara efisien dan tidak dapat melakukan peran pertahanan seperti biasanya. Patut dicatat bahwa uap dari e-liquid tanpa nikotin memiliki kelemahan yang sama dengan uap dari e-liquid yang mengandung nikotin.
"Oleh karena itu, dampak uap rokok elektrik terhadap mobilitas mereka menjadi sangat memprihatinkan, dan jika hal ini terjadi pada tubuh, maka mereka yang rutin menggunakan rokok elektrik berisiko lebih besar terkena penyakit pernapasan,” jelas Profesor dalam Kedokteran Pernapasan di University of Birmingham, David Thickett.
(sy/pr/nm)