Tribratanews.tribratanews.com - Jakarta. Wakasatreskrim Polres Jakarta Selatan, Kompol Henrikus Yossi Hendrata, S.H., S.I.K., M.I.K., mengatakan di TKP kasus anak SD tewas terjatuh dari lantai 4 gedung sekolah memang ada meja. Namun, meja itu sejak awal sudah ada di sana.
“Dari hasil olah TKP kami, ada meja itu memang posisi ya berada di situ. Jadi bukan almarhum itu mengambil tapi memang meja berada di situ,” ujarnya, dilansir dari Tempo, Selasa (3/10/23).
Dalam keterangannya ia menyebutkan saat ini pihaknya berkolaborasi dengan beberapa pemangku kebijakan untuk menangani kasus tersebut, yakni KPAI, UPTP3A dan Pekerja sosial.
“Kami juga berupaya untuk memberikan edukasi trauma healing pada Jumat lalu. Kami, Polsek Pesanggrahan, KPAI, UPTP3A,” ujarnya.
Menurut dia, beberapa saksi yang diperiksa masih anak-anak sehingga kepolisian harus menggandeng pihak lain guna menggali informasi dari teman-teman SR.
Kompol Henrikus Yossi Hendrata, mengatakan di hari kejadian, korban berinisial SR mengikuti kegiatan pembiasaan yang dimulai pukul 06.30 WIB.
Kegiatan pembiasaan adalah mengumpulkan seluruh siswa SD kelas satu hingga enam untuk berbaris sesuai dengan kelasnya. Waktu itu, sedang ada penampilan drama atau teatrikal.
Baca Juga: Polisi Ungkap Ada Enam Luka Tusuk dari Hasil Autopsi Remaja di Halim
“Almarhum ini berbaris dengan rekan-rekan sekelasnya. Memang sempat terjadi dorong-mendorong antara teman sekelasnya,” ujarnya.
Sebagai informasi, SR adalah pelajar di SDN 06 Petukangan Utara, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Video SR diduga lompat dari lantai empat sekolah viral di media sosial pada Selasa, (26/9/23).
Ia mengungkapkan wali kelas menerima laporan soal peristiwa dorong-dorongan antara SR dengan salah satu temannya. Sang wali kelas lantas menasihati kedua pelajar itu.
SR dan temannya sempat bersalaman. Namun, setelah itu, SR izin pergi ke kamar mandi dan tidak kembali ke kelas.
“Setelah itu dapat kabar dari guru di kelas sebelahnya bahwa almarhum ditemukan sudah posisi berada di lantai dasar,” ujarnya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan polisi, aksi dorong-dorongan itu disebut spontan serta tidak sering terjadi. Kompol Henrikus Yossi berujar polisi masih mendalami motif kejadian anak SD tewas terjatuh ini.
“Kami masih terus mendalami apakah itu sebenarnya motifnya atau bukan. Itu hanya spontanitas saja di antara teman-teman sekelas, bercanda, dan sebagainya,” tutupnya.
(fa/pr/nm)