Tribratanews.tribratanews.com - Latihan militer China yang meliputi peluncuran rudal di dekat perairan Taiwan panen perhatian global. Sejumlah negara mengecam bahkan meminta pelatihan itu dihentikan, lantas bagaimana dengan Indonesia?. China menggelar latihan militer mulai Kamis (4/8) hingga Minggu (7/8) di enam titik di Selat Taiwan. Keenam zona ini bak mengepung Taiwan.
Pada hari pertama latihan, China menembak sebanyak 11 rudal Dongfeng ke arah perairan Taiwan. Berikutnya pada hari kedua latihan yakni pada Jumat, sebanyak 13 kapal perang China dan 68 jet tempur melintasi garis Selat Taiwan.
Latihan militer itu muncul sebagai tanggapan usai ketua Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat, Nancy Pelosi, mengunjungi Taiwan pada Selasa (2/8) lalu. Saat Pelosi tiba, China mengirim 21 jet tempur ke zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan. Kini, konflik antara China dengan Taiwan dan AS semakin meruncing.
Menanggapi latihan militer besar itu, Amerika Serikat hingga Jepang mengutuk China. Mereka juga meminta agar Beijing menghentikan latihan militer yang bisa memicu eskalasi konflik dan mengganggu stabilitas kawasan. Lalu bagaimana posisi Indonesia?
Pengamat hubungan internasional yang fokus di kajian geopolitik kawasan Indo-pasifik dari Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), Waffa Kharisma, menilai Indonesia harus punya posisi untuk merespons China. "Apakah menurut Indonesia berlebihan atau tidak, dan juga kedatangan AS ke Taiwan apakah menurut Indonesia beralasan atau sah, atau mengkhawatirkan," ujar Waffa sat dihubungi CNNIndonesia.com pada Jumat (5/8).
Taipei Economic and Trade Office (TETO) di Jakarta baru-baru ini meminta Indonesia mengutuk dan menuntut latihan militer China di Selat Taiwan. "Saya dengan ini menyerukan kepada semua kalangan di Indonesia untuk mengutuk tindakan militer China yang merusak status quo Taiwan dan mengancam perdamaian dan stabilitas regional,serta menuntut China untuk segera menghentikan semua provokasi militer," ujar perwakilan TETO, John Chen, dalam pernyataan resmi pada Jumat (5/8).
Indonesia tak punya hubungan diplomatik secara resmi dengan Taiwan. RI masih menjunjung kebijakan Satu China yang hanya mengakui satu kedaulatan China yang sah. Bagi Beijing, setiap negara yang menjalin hubungan diplomatik dengan mereka harus menerapkan kebijakan Satu China.
Waffa menilai RI tak perlu melakukan kecaman. "Kalau latihan militer kan sebetulnya hak setiap negara ya. Yang bisa Indonesia lakukan bukan protes atau mengutuk sebetulnya, tetapi menyatakan kekhawatiran. Menyampaikan apakah dia [China] bijak dan mencari keyakinan dari Tiongkok bahwa eskalasi akan pada batas," ujar dia.
Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, sebenarnya telah menyampaikan kekhawatiran soal eskalasi konflik itu ke Menteri Luar Negeri China, Wang Yi pada Kamis (4/8). Pernyataan itu terungkap saat mereka menghadiri pertemuan antar Menlu ASEAN di Kamboja, yang berlangsung 2-5 Agustus.
Taiwan Minta Dukungan Indonesia soal China, Bagaimana RI Harus Sikapi?
7 August 2022 - 20:21
WIB
Sign in to leave a comment