Densus 88 Jelaskan Rekam Jejak HOK Terpapar Paham Radikal

5 August 2024 - 15:30 WIB

www.tribratanews.com - Jakarta. Densus 88 Anti Teror Mabes Polri menjelaskan awal mula tersangka HOK terpapar paham radikali hingga akhirnya berniat membuat bom bunuh diri. HOK pun ditangkap saat hendak membuang bahan kimia untuk perakitan bom.

Kabag Renmin Densus 88 Anti Teror Mabes Polri Brigjen. Pol. Aswin Siregar menjelaskan, HOK terpapar paham radikal dari media sosial melalui salah satu grup paham radikal. Dia bergabung ke dalam grup paham radikal itu pada November 2023.

Kemudian, HOK berinteraksi dengan seseorang di media sosial tersebut hingga akhirnya diajak masuk ke dalam grup berbayar. Di dalam grup tersebut, tersangka HOK mendapatkan banyak sekali video-video terkait propaganda ISIS atau daulah islamiyah, seperti eksekusi dan peperangan ISIS, baiat dan bagaimana tindakan-tindakan dan aktivitas ISIS sesuai dengan syariat Islam.
Baca Juga: Tim Taekwondo Garbha Presisi Polri Raih Prestasi di Ajang Internasional


“Jadi konten itu didapat dari sebuah grup medsos," jelasnya di Gedung Divisi Humas Polri, Senin (5/8/24).

Dijelaskan Kabag Renmin Densus 88, HOK masih merasa penasaran dengan daulah islamiyah yang akhirnya membawanya mengikuti dua channel telegram. Channel telegram itu berisi penganut radikalisme dari berbagai negara.

Dalam channel itu, ungkapnya, HOK diberikan pemahaman bahwa pemerintah yang tidak menganut sistem hukum Islam harus diperangi. HOK juga mendapatkan seri ajaran dalam daulah islamiyah.

"HOK juga mendapatkan video tutorial mendapatkan bahan-bahan peledak, lagu-lagu berisi propaganda," ujarnya.

Diungkapkannya, HOK melakukan pembelian sejumlah bahan untuk membuat bom pada kisaran April-Mei 2024. Bahkan, HOK sempat mencoba sebuah rakitannya hingga meledak di dalam kamar.

"Saat orang tuanya bertanya apa yang meledak, HOK ini menjawab dia lagi main petasan di dalam kamar. Kamar HOK memang selalu tertutup dan keluarganya dilarang untuk masuk ke dalan," ungkapnya.

Orang tua tersangka akhirnya mengetahui pada Mei 2024 karena HOK melakukan pembelian 20 liter zat kimia. Sata itu, orang tuanya meminta HOK berhenti karena dianggap sudah keluar dari jalur yang benar.

"Orang tua sudah dikembalikan dan orang tua tidak terlibat dengan jaringan terorisme. Jadi saat membuat ledakan berada di dalam kamar yang sering ditutup, orang tua tidak boleh ada yang masuk ke dalam kamar, sehingga disimpan rapi dan tertutup oleh yang bersangkutan," ungkapnya.

(ay/hn/nm)

in Hukum

Share this post

Sign in to leave a comment